Warga Cilegon Akan Serbu Sumur Pandeglang, Napak Tilas Perang Cilegon-Belanda Tahun 1888

M Mahfud
Panitia peringatan Geger Cilegon yaitu Perang Cilegon-Belanda tahun 1888. Warga Cilegon akan napak tilas ke Sumur Pandeglang untuk memperingati Geger Cilegon (Foto: M Mahfud/iNews Cilegon).

CILEGON, iNewsCilegon.id – Warga Cilegon akan memperingati peristiwa besar Geger Cilegon tahun 1888 dengan napak tilas ke Desa Sumur Pandeglang. Kecamatan Sumur menjadi lokasi perang Warga Cilegon dengan Belanda tahun 1888 yang dikenal dalam rangkaian peristiwa Geger Cilegon.

Acara Napak Tilas Geger Cilegon ke Desa Sumur Pandeglang akan berlangsung 30 Juli 2022.

Hal tersebut disampaikan budayawan Cilegon, Bambang Irawan bersama sejumlah panitia napak tilas antara lain Asep Sofwatullah (Ketua Yayasan KH Wasyid), Afandi (Ketua Sanggar Singpring) dan Lilik (pegiat budaya Cilegon).

Menurut Bambang Irawan, acara napak tilas ke Desa Sumur Pandeglang adalah gagasan Haji Nawawi Sahim. Pegiat budaya Cilegon ini adalah keturunan H Jaya, salah seorang pejuang Cilegon yang gugur di Desa Sumur, Pandeglang pada 30 Juli 1888 dalam perang melawan Belanda.

“Napak tilas dilakukan dengan turing kendaraan bermotor dari Cilegon menuju Sumur Pandeglang,” kata Bambang Irawan dalam wawancara dengan iNews Cilegon, Kamis malam (23/6/2022).

Bambang Irawan menegaskan Geger Cilegon adalah peristiwa besar di Banten dan di Nusantara. Ia mengungkapkan peristiwa Geger Cilegon sudah diteliti kebenarannya oleh sejarawan UGM Prof Dr Sartono Kartodirdjo.

BACA JUGA:

Cegah Radikalisme, Ketua Alumni Al Azhar dari Cilegon Sebut Pendidikan Islam Harus Kenalkan Mazhab

“Prof Sartono mendapatkan catatan yang ada di Belanda tentang peristiwa Geger Cilegon,” jelas Bambang Irawan.

Pada 9 Juli 1888 Banten yang dipelopori para kyai Cilegon, memerdekakan diri dari Belanda. Pejuang Cilegon dipimpin Tubagus Ismail dan Kyai Wasyid.

“Saat itu Cilegon sudah sepenuhnya dikuasai. Orang-orang Belanda dan antek-anteknya terbunuh,” kata Bambang Irawan.

Sayangnya, rencana penyerangan ke Serang, Banten yang diduduki Residen Belanda gagal terlaksana. Penyebabnya Asisten Residen Belanda di Cilegon yaitu Hendrik Hubert Gubbels pada 9 Juli 1888 pagi ada di Anyer. Padahal Gubbels seharusnya sudah terbunuh pada 9 Juli dinihari.

Hendrik Hubert Gubbels baru terbunuh pada 9 Juli 1888 sore saat kembali ke Cilegon.

“Rencana penyerangan orang-orang Belanda dan antek-anteknya di Serang adalah pagi tanggal 9 Juli 1888,” tutur Bambang Irawan.

Koordinasi untuk mengusir Belanda dari Banten sebelumnya sudah dilakukan termasuk di Serang. “Namun karena pasukan Cilegon tak kunjung tiba di Serang, orang-orang Serang kebingungan apakah jadi atau tidak. Kesepakatannya memang 9 Juli pagi,” jelas Bambang.

Akibat keterlambatan itu, rencana penaklukan Belanda secara mendadak tercium pusat pemerintahan Belanda di Batavia. Mereka pun mengirimkan bala bantuan untuk menyerbu Cilegon.

Peperangan pun berkecamuk selama berhari-hari.

Pasukan Cilegon dibawah kepemimpinan Kyai Wasyid dan Tubagus  Ismail terdesak hingga melarikan diri ke Sumur Pandeglang. Tujuannya untuk menyeberang ke Lampung untuk menggalang perang lanjutan.

Di Sumur inilah, pasukan Cilegon di kepung dari laut dan darat.

“Terjadi perang habis-habisan pada 30 Juli 1888. Kyai Wasyid dan Tubagus Ismail dan para pejuang Cilegon terbunuh. 11 jasad dibawa Belanda kembali oleh Belanda ke Cilegon,” tambah Bambang Irawan.

Untuk mengenang perjuangan para leluhurnya inilah, digelar napak tilas.

“Biar generasi muda Cilegon dan Banten tahu perjuangan para leluhurnya untuk memerdekakan Banten kala itu,” lanjut Bambang Irawan.

Editor : Mahfud

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network