JAKARTA, iNewsCilegon.id - bedak Johnson & Johnson memang tengah menghadapi puluhan ribuan tuntutan dari konsumen atas tuduhan kandungan asbes dalam produk bedak mereka.
Pasalnya, produk yang mereka jual disebut telah memicu kanker di banyak orang.
Pada 2020, J&J pun mengumumkan bahwa mereka akan berhenti menjual bedak bayi di Amerika Serikat dan Kanada karena permintaan telah turun.
Kini, bedak bayi merk Johnson & Johnson dikabarkan akan berhenti jual secara global pada 2023.
Hal tersebut disampaikan oleh pihak J&J, di mana lebih dari dua tahun setelah mengakhiri penjualan produk di AS. Mereka pun harus menghadapi ribuan tuntutan hukum di bidang keselamatan konsumen.
"Sebagai bagian dari penilaian portofolio di seluruh dunia, kami telah membuat keputusan komersial untuk beralih ke portofolio bedak bayi berbasis tepung jagung," kata pihak J&J dilansir iNewsCilegon.id dari CNA.
Perusahaan itu menghadapi sekitar 38.000 tuntutan hukum dari konsumen dan para penyintas mereka. Mengklaim produk bedaknya menyebabkan kanker karena kontaminasi asbes, karsinogen.
Lebih lanjut, dijelaskan atas penyelidikan Reuters 2018 yang menemukan bahwa J&J tahu selama beberapa dekade bahwa asbes, karsinogen, ada dalam produk bedaknya.
Catatan internal perusahaan, kesaksian persidangan, dan bukti lain menunjukkan bahwa setidaknya dari tahun 1971 hingga awal 2000-an, bedak mentah dan bubuk jadi J&J terkadang diuji positif mengandung sejumlah kecil asbes.
Menanggapi bukti kontaminasi asbes yang disajikan dalam laporan media, di ruang sidang dan di Capitol Hill, J&J telah berulang kali mengatakan produk bedaknya aman dan tidak menyebabkan kanker.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait