JAKARTA, iNewsCilegon.id - Social experiment atau eksperimen sosial merupakan salah satu jenis penelitian yang biasa dilakukan dalam bidang sosiologi atau psikologi untuk mengetahui bagaimana sekelompok orang bertindak dalam suatu situasi atau bagaimana mereka merespons suatu program atau kebijakan.
Beberapa social experiment juga bisa bersifat informal, mengandung unsur humor, dan dilakukan semata-mata untuk menghibur penontonnya. Seperti social experiment berbentuk prank yang biasa ditemui di televisi atau media sosial.
Nah, ini beberapa social experiment yang berhasil menjadi populer akibat hasil dan signifikansi yang dibawanya:
1. The Bobo Doll Experiment
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Albert Bandura pada tahun 1961 ini untuk melihat apakah suatu perilaku sosial dapat dipelajari hanya dengan melihat orang lain melakukannya.
Disebut The Bobo Doll Experiment karena penelitian ini menggunakan properti Bobo Doll atau boneka badut yang apabila ditinju akan melambung ke atas.
Dalam eksperimen ini, partisipan (anak-anak) dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Eksperimen ini terbagi ke dalam 3 bagian yaitu, modeling, aggression arousal, dan delayed imitation.
Modeling: Anak-anak dalam kelompok pertama melihat orang dewasa memukul Bobo Doll. Sementara anak-anak dalam kelompok kedua melihat orang dewasa melakukan aktivitas non-agresif, seperti bermain balok, mewarnai, dan sebagainya.
Aggression Arousal: Anak-anak dari kedua kelompok memasuki sebuah ruangan yang penuh dengan mainan. Ketika mereka sedang asyik bermain, mainan-mainan itu pun diambil dari genggaman mereka. Alhasil, anak-anak merasa kesal dan frustasi.
Delayed Imitation: Kedua kelompok anak memasuki sebuah ruangan dengan Bobo Doll di dalamnya. Bandura ingin melihat apakah terdapat perbedaan pada bagaimana anak-anak dalam kelompok pertama menyikapi rasa kesalnya dengan anak-anak dalam kelompok kedua.
Studi ini menunjukkan bahwa anak-anak yang melihat orang dewasa memukul Bobo Doll cenderung mengekspresikan rasa kesal mereka dengan cara yang sama. Sementara anak-anak yang melihat orang dewasa melakukan aktivitas non-agresif cenderung memilih untuk menjauh dari Bobo Doll dan menyikapi rasa kesal mereka tanpa bersikap agresif.
2. The Asch Line Study: Conformity Experiment
Experiment ini mencoba untuk melihat bagaimana seseorang mengubah pikirannya demi menjadi sama dengan yang lain.
Dilakukan oleh Solomon Asch pada tahun 1950-an, partisipan pertama-tama diminta untuk menjawab sebuah pertanyaan sederhana tanpa pengaruh dari orang lain. 99% partisipan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar.
Selanjutnya, Asch meminta anggota timnya untuk memilih jawaban yang salah dengan percaya diri dan memberitahu kelompok.
Partisipan akhirnya diminta untuk membuat pilihan, mengikuti kata hati mereka meskipun itu berarti memberikan jawaban yang berbeda dari yang lain atau mengikuti jawaban yang salah karena peer pressure.
Penelitian ini menunjukkan bahwa 75% partisipan menjawab salah setidaknya satu kali hanya demi memilih pilihan yang sama dengan kelompok.
3. The Bystander Effect
Pada tahun 1964, tepatnya pada pukul tiga pagi, seorang perempuan bernama Kitty Genovese dibunuh di luar apartemennya yang berlokasi di New York, Amerika Serikat.
Dua minggu kemudian, The New York Times merilis sebuah artikel berjudul “37 Who Saw Murder Didn't Call the Police”. Judul artikel ini cukup menggemparkan dunia karena adanya 37 orang saksi yang tidak mengambil tindakan ketika terjadi peristiwa pembunuhan.
Media mengatakan bahwa orang-orang tersebut sekadar tidak ingin terlibat. Namun, para psikolog ternyata mempunyai penjelasan yang berbeda.
Ketika seseorang sedang berada di tengah keramaian dan menyaksikan tindakan kriminal, ia menjadi salah satu dari beberapa orang yang berpotensi akan melapor kepada polisi.
Tetapi, karena tanggung jawab itu terbagi pada sekelompok orang, setiap individu akan memiliki kecenderungan untuk berpikir: “Ah, orang lain akan melaporkannya”.
Oleh karena itu, lahirlah The Bystander Effect, sebuah pemikiran yang melihat bahwa sebagai bystander, seseorang cenderung menghindari intervensi atau mengambil tindakan ketika dikelilingi oleh orang-orang lain.
Itulah 3 social experiment terpopuler di dunia yang menjawab beberapa pertanyaan sederhana tentang perilaku sosial.
Penelitian di atas telah menyumbang penjelasan ilmiah atas peristiwa yang kita temui dalam kehidupan bermasyarakat dan bermanfaat untuk bidang ilmu sosiologi/psikologi.
Editor : Novita Sari