CILEGON, iNewsCilegon.id - Salah satu tantangan utama dalam meningkatkan akses sanitasi aman adalah kesadaran masyarakat yang rendah terhadap risiko kesehatan masyarakat akibat pengelolaan tangki septik yang tidak memadai dan frekuensi pengurasan tangki yang juga rendah.
Kebutuhan akan air bersih merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi. Jika air tercemar, maka dapat menyebabkan berbagai penyakit.
UNICEF merilis hasil studi yang menyatakan bahwa 70 persen sumber air minum di Indonesia tercemar limbah tinja.
Tercemarnya air minum ini diduga juga menyebabkan penyebaran penyakit diare, ini juga jadi penyebab utama kematian balita.
Dalam kampanye UNICEF bertajuk #DihantuiTai. UNICEF berharap rumah-rumah tangga Indonesia memasang, memeriksa, atau mengganti tangki septiknya serta rutin menguras tangki minimal satu kali setiap tiga hingga lima tahun.
“Sanitasi yang aman bisa mengubah kehidupan anak-anak dan membuka kesempatan untuk mereka mewujudkan potensi dirinya,” ujar Perwakilan Sementara UNICEF Robert Gass.
“Sayangnya, ada begitu banyak anak yang tinggal di daerah-daerah terdampak sanitasi tidak aman dan hal ini mengancam setiap aspek pertumbuhan mereka," tambahnya.
Dilansir iNewsCilegon.id dari laman resmi UNICEF, Sabtu (22/10/2022), Indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan mutu sanitasi dasar.
Namun, angka rumah tangga yang memiliki sarana toilet dengan sambungan tangki septik yang tertutup dan yang rutin membersihkan tangkinya minimal satu kali dalam lima tahun masih kurang dari 8 persen.
Akibatnya, limbah tinja tidak terkelola dengan baik sehingga mencemari lingkungan dan sumber air sekitar.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait