CILEGON, iNewsCilegon.id - Performa 4 saham rokok di Bursa Efek Indonesia masih terasa kecut. Sejak beberapa tahun terakhir, harganya tengah dalam periode turun (downtrend).
Ada 4 saham perusahaan rokok yang diperdagangankan di Bursa Efek Indonesia. Keempatnya adalah WIIM (Wismilak), GGRM (Gudang Garam), HMSP (HM Sampoerna), dan ITIC (Indonesian Tobacco).
Sebenarnya ada satu lagi yaitu RMBA (Bentoel International Investama). Namun Bentoel sejak 5 Agustus 2022, sahamnya tak lagi diperdagangkan terkait langkahnya keluar dari bursa alias delisting.
Performa 4 Saham Rokok di Bursa Efek Indonesia
Lalu bagaimana performa masing-masing dari 5 saham rokok yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia?
1. GGRM Masih Downtrend
GGRM adalah kode saham untuk PT Gudang Garam Tbk. GGRM pernah menjadi primadona saham di Bursa Efek Indonesia sejak krisis moneter tahun 1998. Jika saham perusahaan lain rontok, saham GGRM justru melesat tinggi hingga 2019.
Orang yang tengah pushing memikirkan krisis justru membuatnya lebih banyak menghisap rokok. Maka penjualan rokok pada saat krisis kala itu, justru mengalami kenaikan.
Pada 1 Oktober 1998, saham GGRM berada di harga Rp3.500. Setelah itu mengalami uptrend hingga 1 Maret 2019 ke harga Rp100.975. Sebuah lompatan yang luar biasa.
Situasi ini juga membuat bos GGRM yaitu keluarga Hartono menjadi orang terkaya di Indonesia.
Namun setelah itu, harga saham GGRM mulai mengalami periode downtrend. Terhitung Jumat 6 Januari 2023, harga saham GGRM turun jauh ke harga Rp17.775 per saham.
Pada perdagangan 6 Januari, GGRM naik 7,07 persen dibandingkan hari sebelumnya. Kenaikan sebesar 7,07 persen cukup besar dan perlu ditunggu apakah ini awal kebangkitan atau terus akan downtrend.
2. HMSP Masih Downtrend
HMSP adalah kode saham untuk PT HM Sampoerna Tbk. Setali tiga uang dengan GGRM, rokok Sampoerna juga menjadi primadona para investor termasuk investor institusi skala besar.
Pada tahun 1999 masih di bawah Rp800 per lembar saham tetapi selanjutnya melesat hingga Rp5,550 pada 1 Januari 2018.
Setelah itu harga saham rokok Sampoerna mulai turun secara signifikan. Pada Jumat (6/1/2023), harga saham HMSP berada di harga Rp840 per lembar saham.
Pada hari itu juga, Jumat (6/1/2023) harga saham HMSP mengalami kenaikan 5,66 persen dibandingkan hari sebelumnya.
Seperti halnya GGRM, patut ditunggu apakah setelah terjadi kenaikan 5,66 persen, harga saham HMSP akan mulai uptrend atau hanya sekadar koreksi untuk melanjutkan periode downtrend.
3. WIIM Lepas dari Downtrend
WIIM adalah kode saham untuk perusahaan rokok Wismilak (PT Wismilak Intimakmur Tbk). Saham WIIM mengalami penurunan panjang (downtrend) sejak 2012 hingga mencapai titik nadir di musim Covid-19.
Pada tahun 2012, saham WIIM berharga sekitar Rp1.000-an dan mencapai titik terbawah di harga Rp67 per saham pada 1 Maret 2020. Namun setelah itu WIIM kembali naik hingga Rp1110 pada 1 April 2021.
Pada Jumat (8/1/2023), saham WIIM mencapai harga Rp630 per lembar saham yang menunjukkan telah lepas dari periode downtrend.
Jika dibandingkan dengan HMSP dan GGRM, WIIM sudah mulai pulih sejak terpuruk di musim Covid-19. Sedangkan HMSP dan GGRM masih terus melanjutkan periode downtrend.
4. ITIC Masih Downtrend
ITIC adalah kode saham untuk PT Indonesian Tobacco Tbk. Saham ITIC sempat mengalami periode uptrend sejak melantai di bursa pada tahun 2019-2020. Pada puncaknya, harga saham ITIC adalah Rp4.450 per lembar saham pada 1 Maret 2020.
Namun setelahnya terus menurun hingga harga terendah Rp226 pada 19 Desember 2022.
Pada Jumat (6/1/2023), saham ITIC nongkrong di posisi Rp252 per lembar saham. Itu menandakan ITIC masih mengalami periode downtrend.
Demikian Performa 4 Saham Rokok di Bursa Efek Indonesi. GGRM, HMSP dan ITIC masih mengalai periode downtrend. Sementara WIIM sudah lepas dari periode downtrend
Saham Bentoel Delisting
Sebenarnya ada satu lagi yaitu saham PT Bentoel Internasional Investama Tbk dengan kode saham RMBA. Namun perusahaan ini menginginkan keluar dari bursa saham. Saat ini proses delisting terus bergulir.
Dalam sejarahnya di BEI, RMBA tidak semoncer GGRM dan HMSP.
Memang ada lonjakan tertinggi pada 1 Februari 2000 dengan harga saham mencapai Rp1,280 dari posisi terendah Rp115 pada 1 Desember 2005.
Tetapi setelah itu turun hingga Rp306 pada 5 Agustus 2022. Sejak itu harga saham RMBA tak lagi dipedagangkan.
Demikian performa 4 saham rokok di Bursa Efek Indonesi yaitu GGRM, HMSP dan ITIC serta plus saham Bentoel (RMBA) yang akhirnya delisting. Semoga informasi ini bermanfaat bagi pemerhati bursa dan para trader saham.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait