JAKARTA, iNewsCilegon.id – Mantra tak selamanya berarti negatif. Seperti diungkap oleh para pemain/cast film Mantra Surugana; Fergie Brittany, Shabrina Luna, Rafael Adwel, dan Dewa Dayana saat acara bagi-bagi takjil (makanan berbuka puasa) pada para pengunjung yang berada di Tengah, Cijantung, Jakarta Timur, Minggu sore (16/04).
Dalam kesempatan bagi-bagi takjil tersebut, mereka juga menyelipkan kartu-kartu berisikan “mantra-mantra” atau kata-kata positif seperti; “Aku percaya aku bisa”, “Aku bersyukur setiap hari atas apa yang dimiliki”, “Memulai hari baru dengan energi positif”, dan lain sebagainya.
"Di bulan yang baik ini, Peregrine Studios melalui karya film-nya Mantra Surugana, ingin menggunakan momen penuh berkah ini untuk berbagi dengan sesama, yang juga merupakan momen interaksi awal antara cast/talent dengan fans, untuk dapat meningkatkan rasa peduli dengan sesama umat Muslim dan rasa syukur kepada Allah karena masih dipertemukan di bulan suci Ramadan tahun ini serta dapat membangun kedekatan dan silaturahmi jelang film yang akan tayang pada Juli 2023,” ungkap Supardi Tan, salah satu Founder Peregrine Studios dan juga Executive Producer Film Mantra Surugana.
“Harapannya, dengan momen pembagian takjil ini, para cast/talent dapat merasakan indahnya kehidupan berbagi dan memberikan hal yang bermanfaat bagi sesama sebelum penayangan film Mantra Surugana,” tambah Ricky Wijaya, salah satu Founder Peregrine Studios dan Executive Producer Film Mantra Surugana.
“Mantra itu bisa juga positif, tergantung isi dari mantra tersebut. Karena bisa menjadi afirmasi atau kalimat positif dan bisa menjadi doa,” kata Shabrina Luna yang akrab disapa Luna dan berperan sebagai Fey.
Sehubungan dengan kata-kata positif tersebut, Luna pun bercerita tentang pengalamannya di tahun lalu. “Tahun lalu saat Lebaran, aku baru saja lulus kuliah. Banyak orang merendahkan, karena saat itu aku tidak memiliki kegiatan apa-apa. Aku pun kemudian selalu mengucapkan kata-kata positif, words affirmation bahwa tahun depan aku pasti akan punya karya,” cerita Luna. Dan terbukti dengan akan tayangnya film Mantra Surugana yang ia perankan, pada Juli 2023 ini.
Keajaiban lain yang dirasakan Luna adalah saat ia disarankan untuk mengubah posisi nama depan belakangnya, dari Luna Shabrina menjadi Shabrina Luna. Rupanya benar kalau nama adalah doa. Sejak berganti dari Luna Shabrina menjadi Shabrina Luna, ia pun kerap mendapatkan tawaran untuk bermain peran.
Senada dengan Luna, pemeran film Mantra Surugana lainnya yaitu Fergie Brittany yang berperan sebagai Asta, juga bercerita kalau dulu ia sempat berganti nama panggilan karena sering sakit-sakitan. “Aku dulu kan nama panggilannya Fergie, terus ada yang saranin aku ganti nama panggilan dengan Brittany saja. Sejak ganti nama panggilan, aku pun sudah tidak sakit-sakitan lagi,” aku Brittany.
Untuk informasi, film Mantra Surugana, mengangkat Mantra Sunda dalam tradisi naskah lama. Ekspresi Mantra diucapkan dalam bahasa Sunda kuno yang digunakan 5 abad silam. Mantra Sunda dipandang sebagai dokumen dan kearifan lokal budaya Sunda. Pengamal Mantra atau orang yang mengucapkan dan mengamalkan Mantra tersebut menjadi suatu tujuan tertentu, beranggapan bahwa membaca Mantra sama dengan membaca Doa.
Pada dasarnya, Mantra adalah ekspresi doa, yang digunakan untuk suatu tujuan baik. Teks-teks Sunda klasik menyiratkan bahwa umumnya Mantra digunakan untuk kebaikan, kesejahteraan, kesuburan, dan kedamaian.
Mantra digunakan untuk menolak bala dan mara bahaya dalam upacara ruwatan. Sejak zaman Sunda kuno, laku ruwatan telah dilakukan untuk membersihkan lahan dari pengaruh buruk makhluk-makhluk jahat dan pengganggu, antara lain Udubasu, Kalabuat, Pulunggana, dan Surugana. Tapi ada juga yang menggunakannya untuk tujuan jahat untuk mencelakakan manusia.
Seiring berkembangnya kebudayaan Sunda, Mantra bertransformasi dalam setiap zaman dan tetap eksis hingga saat ini di tengah masyarakat Sunda. Rajah, jangjawokan, asihan, adalah sebagian bentuk lain dari ungkapan Mantra yang mengikuti konteks penyesuaian zaman dan penggunaannya di masyarakat. Antara lain dalam bentuk ungkapan bahasa, istilah, dan unsur kesakralannya. Namun selalu ada benang merah yang terbentang dari masa lalu hingga masa kini.
Kajian struktur dan makna Mantra telah mampu menguak eksistensi dan fungsi Mantra dalam upaya mengungkap baik dan buruknya penggunaan Mantra. Mantra layak disikapi secara bijak agar Pengamal dan masyarakat awam dapat hidup berdampingan, selaras dan harmonis “MANTRA MENJADI BAGIAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA”.
Naskah-naskah Sunda Buhun ‘Kuno’ termasuk salah satu unsur budaya yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang melahirkan dan mendukungnya, yang tertulis pada daun gebang, lontar, gebang, bilahan bambu, dan kulit kayu (daluang). Secara umum isinya mengungkapkan peristiwa masa lampau yang menyiratkan aspek kehidupan masyarakat, terutama aspek sosial dan budaya.
Editor : Novita Sari
Artikel Terkait