CILEGON, iNewsCilegon.id – Letusan maut Gunung Krakatau tepat140 tahun lalu, 27 Agustus 1883, ikut memicu pemberontakan Geger Cilegon pada tahun 1888.
Demikian diungkapkan dalam buku berjudul Pemberontakan Petani Banten 1888 karya sejarawan Sartono Kartodirdjo.
Pemberontakan Petani Banten 1888 lebih dikenal sebagai peristiwa Geger Cilegon menjadi sejarah Banten dan Cilegon yang yang terus dikenang hingga saat ini.
Dalam peristiwa itu, warga Cilegon melakukan pemberontakan yang mengakibatkan banyak pejabat Belanda tewas.
Dalam buku disebutkan bahwa letusan dahsyat Gunung Krakatau pada tahun 1883 telah memporak-porandakan Banten dan termasuk juga Cilegon
”Letusan itu benar-benar yang paling hebat yang pernah tercatat dalam sejarah vulkanologi di Indonesia,” tulis Sartono Kartoridjo dalam bukunya.
Sartono menulis lebih dari 20 ribu orang tewas akibat letusan Gunung Krakatau pada 1883. Sumber-sumber lain mencatat lebih dari 36 ribu dan bahkan ada yang menyebut lebih dari 100 ribu jiwa tewas.
Tak hanya puluhan ribu orang tewas, banyak desa yang makmur menjadi hancur dalam sekejap. Sawah-sawah yang subur berubah menjadi gersang terutama di Caringin dan Anyer.
Situasi itu membuat penduduk kesulitan menanami sawah selama bertahun-tahun. Penduduk mengalami penderitaan hingga bertahun-tahun lamanya.
Kekacauan ekonomi masyarakat pada tahun-tahun tersebut, ditambah faktor-faktor lain, membuat rakyat Cilegon melakukan pemberontakan Geger Cilegon.
Geger Cilegon dimulai pada 9 Juli 1888 dengan pelaku lapangan langsung antara lain Ki Wasyid, Tubagus Ismail, Abdulgani, dan Usman. Selain itu juga terdapat aktor-aktor intelektual di belakang layar seperti Arsyad Thawil.
Pemberontakan berakhir pada 30 Juli 1888 setelah pejuang Cilegon tewas dalam pertempuran di Sumur, Pandeglang. Sementara lebih dari 90 tokoh dibuang ke berbagai daerah di Indonesia termasuk Arsyad Thawil.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait