Manisnya Gula Merah khas Pandeglang, Penopang Hidup Warga Cigeulis

Ila Nurlaila Sari
Apiah (55), pengrajin gula merah asal Kampung Lingsuh, Desa Tarumanagara, Cigeulis, Pandeglang, Banten. Foto: cilegon.inews.id/Ila Nurlaila Sari.

PANDEGLANG, iNewsCilegon.id - Melimpahnya pohon aren di Kabupaten Pandeglang menjadi peluang lahan usaha dan penopang hidup bagi sebagian warganya untuk mengolah dan memproduksi air dari poho aren untuk dijadikan gula merah.

Salah satunya, Apiah (55), warga Kampung Lingsuh Rt/Rw. 02/01, Desa Tarumanagara, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Apiah, pengrajin Gula Merah mengatakan, ketersediaan pohon aren yang melimpah di desanya membuat masyarakat setempat memanfaatkan hal tersebut sebagai salah satu mata pencaharian ditengah sulitnya mencari pekerjaan.

"Saya sudah 10 tahun mengolah dan memproduksi gula merah ini, dan alhamdulillahnya pohon aren disini sangat melimpah jadi kami (warga) melihat ada peluang yang menghasilkan dari pohon aren yang kemudian kami olah menjadi gula merah," kata Apiah.

Ia menuturkan, sebelum beralih jadi pengajin gula merah dirinya merupakan petani dengan penghasilan yang tidak pasti dan tak mencukupi keperluan hidup.

"Awalnya saya petani, tapi karena penghasilan dari bertani kurang memadai apalagi kebutuhan saat ini pada mahal akhirnya saya coba beralih jadi pengajin gula merah," jelasnya.

Jelas Apiah, dalam proses pembuatan  merah tidak begitu sulit, cukup sediakan air yang berasal dari pohon aren, kemudian disaring dan dipanaskan hingga berubah warna dan mengental.

"Proses pembuatannya gak sulit, cukup memasak air pohon aren menggunakan hau (kompor tradisional) hingga air tersebut mengental dan berubah warna menjadi cokelat keemasan, lalu kemudian kita cetak dengan menggunakan cetakan yang terbuat dari batok kelapa, diamkan hingga dingin dan mengeras lalu kita kemas dengan menggunakan daun salak," ungkap Apiah.

Menurut Apiah, meski secara penjualan belum begitu memuaskan, namun penghasilan dari membuat gula merah cukup memadai. Dalam sebulan dirinya meraih omset sebanyak Rp1,8 juta.

"Per butirnya dijual Rp12 ribu, meski belum maksimal tapi saya bersyukur ada tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sekitar Rp.1.800.000 sebulan," tukasnya.

Lanjut Apiah, selama ini gula merah hasil produksinya dijual secara manual dengan cara datang ke rumah atau dijual ke Pasar.

"Untuk pemasarannya masih manual, kadang ada yang langsung datang ke rumah atau kita bawa ke pasar," ujarnya.

Untuk kendala, masih kata Apiah, dalam hal pemasaran yang kadang lambat. Ia berharap kepada pemerintah ada bentuk keperdulian terhadap para pengrajin gula merah di Kecamatan Cigeulis, khususnya Desa Tarumanagara.

"Kendala yang paling terasa itu di modal sama dipenjualan aja sih yang kadang lambat, semoga kedepan pemerintah perduli terhadap para pengrajin gula merah disini sehingga lebih baik dan menjadi sukses," pungkasnya.

Editor : M Mahfud

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network