CILEGON, iNews.id - Bertugas 10 tahun sebagai penyidik KPK, menjadikan Kapolres Cilegon AKBP Sigit Haryono sebagai sosok dengan pengalaman penyidikan tingkat tinggi. Pada saat ia bertugas dari rentang 2009-2019, KPK menangani banyak perkara dengan tersangka yang sebelumnya nyaris tak tersentuh.
Nama-nama seperti Akil Mochtar, Ratu Atut Chosiyah, Tubagus Chaeri Wardana, dan Zumi Zola menjadi nama-nama besar yang ditangkap dan disidik AKBP Sigit Haryono bersama tim penyidik KPK.
iNews Cilegon beberapa waktu lalu berbincang-bincang dengan Kapolres Cilegon AKBP Sigit Haryono di lobi ruang kerjanya di Polres Cilegon.
Pengalaman panjangnya di KPK membuat pria asal Salatiga, Jawa Tengah semakin matang sebagai seorang polisi. Tak lama setelah kembali ke Polri, ia pun mendapat amanah untuk menjadi Kapolres Cilegon pada Agustus 2020.
Ini adalah pengalaman pertamanya sebagai seorang Kapolres dan langsung ditempatkan di lokasi strategis dan penting, Cilegon.
Bertugas di Cilegon pada masa pandemi Covid-19 tentu bukan hal mudah. Cilegon dengan keberadaan Pelabuhan Merak yang merupakan pintu keluar masuk Jawa-Sumatera adalah salah satu kunci negeri ini dalam penanganan Covid-19.
Pemberlakuan penyekatan dan larangan perjalanan beberapa kali selama masa pandemi, membuat Cilegon mendapat tantangan berat.
Maka tentu saja, menjaga Cilegon pada masa pandemi Covid-19 membutuhkan sosok dengan kepemimpinan kuat.
Selain itu, Cilegon memiliki nilai strategis dengan keberadaan banyak obyek vital nasional dan perusahaan besar. Belum lagi potensi kerawanan dengan adanya sejumlah pelabuhan besar.
500 Pemotor Ajak Adu Banteng
Beberapa peristiwa unik terjadi pada saat penanganan pandemi Covid-19 di Cilegon terkait penyekatan di Merak. Saat itu sekitar 500 pengendara bermotor nekad akan menerobos pos penyekatan. Situasi kala itu memang mencekam karena banyak pihak yang memaksa ingin menyebarang lewat Pelabuhan Merak baik untuk ke Sumatera atau ke Pulau Jawa.
Sebanyak 500 pengendara motor ini nekad untuk adu banteng dengan polisi yang menjaga pos penyekatan. Pengendara motor berani karena jumlahnya jauh lebih banyak.
Para pemotor ini berbaris seperti pasukan berkuda yang siap menjebol pos keamanan. Gas motor pun meraung-raung.
Dalam penanganan ini, Sigit Haryono tidak menggunakan kekerasan melainkan menggunakan strategi khusus. Tujuannya agar tidak ada korban.
Sejumlah polisi menghadang dengan kendaraan bermotor pula. Karena jumlah polisi hanya 30 personel, jika situasi dibiarkan, pos penyekatan akan jebol.
Sigit Haryono pun putar otak. Ia melihat tak semua pemotor adalah kalangan pemuda. Banyak pula yang membonceng istri dan anak.
Situasi itu dimanfaatkan Sigit Haryono. Ia pun menyuruh sejumlah polisi untuk jalan kaki mendekati pasukan bermotor tersebut. Polisi ini meminta para pemotor di baris tengah dan belakang untuk balik arah daripada nanti berurusan dengan hukum
Strategi berhasil, akhirnya hanya tersisa motor di barisan terdepan. Mereka akhirnya mengurungkan niatnya untuk menjebol pos penyekatan Cilegon.
“Kita harus pakai strategi,” cetus Sigit Haryono mengenai caranya menjinakkan 500 pemotor yang hendak menjebol pos pengamanan di Merak pada masa pandemi Covid-19.
Pingin Jadi Bintara, Malah Diterima Akpol
Sigit Haryono mengaku mensyukuri betul akan takdirnya menjadi seorang polisi. Ia memang sedari kecil bercita-cita menjadi polisi.
Sigit adalah remaja yang tak neko-neko. Ia pingin menjadi bintara. Namun garis hidupnya justru menempatkannya di posisi lebih tinggi.
“Pada awalnya kepingin jadi bintara. Alhamdulillah malah diterima di Akpol,” kata AKBP Sigit Haryono saat menerima iNews Cilegon, Januari 2022.
Selepas lulus Akpol tahun 2002, Sigit Haryono ditugaskan menjadi Kapolsek Lasusua Sulawesi Tenggara. Karirnya berlanjut menjadi Kasatreskrim Kolaka Utara.
Sigit Haryono kemudian menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Setelah lulus, Sigit Haryono mendaftar menjadi penyidik KPK.
Di lembaga anti rasuah ini, Sigit Haryono berkarir selama 10 tahun dan tidak bisa diperpanjang lagi. Ia harus kembali bertugas di lembaga kepolisian.
“Cita-cita saya memang jadi polisi, jadi saya tetap ingin jadi polisi. Kalaupun ditugaskan di KPK ya sebagai polisi yang ditempatkan di KPK,” tutur Sigit.
Sekembali ke Polri, Sigit Haryono ditempatkan sebagai Kabag Bin Ops Ditpamobvit Polda Metro Jaya. Selanjutnya ia kembali berkarir di reserse dengan menjabat Kasat Resnarkoba Bekasi Kota, dan Kasubdit II Fismondev Ditkrimsus Polda Metro Jaya.
Pada Agustus 2020, saat pandemi merebak di negeri ini, Sigit Haryono dipromosikan menjadi Kapolres Cilegon.
Berbagai strategi ia jalankan. Hal prioritas yang ia benahi adalah bidang pelayanan polisi kepada masyarakat seperti pelayanan pengaduan, SIM, surat kendaraan bermotor, pandemi Covid dan layanan lainnya.
“Penangkapan para tersangka berbagai kasus juga dilakukan,” katanya.
Pada masanya, Polres Cilegon menangkap pelaku peredaran sabu-sabu seberat 13,8 kg. Jumlah ini terbesar dalam sejarah Polres Cilegon.
Banyak Penghargaan
Di bawah kepemimpinan AKBP Sigit Haryono, Polres Cilegon meraih banyak penghargaan. Akhir tahun 2021, Polres Cilegon meraih predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dari Kemenpan RB.
Predikat WBK bukan hanya simbol tetapi merupakan wujud nyata untuk menciptakan birokrasi yang berwibawa, bersih, dan melayani.
Polres Cilegon pada tahun 2021 juga menjadi pemenang ke-1 PPKM Mikro Terbaik se-Jawa. Penghargaan diberikan pada peringatan HUT ke-75 Bhayangkara, 1 Juli 2021.
Gemar Bola
Lahir di kota Salatiga, Jawa Tengah, menjadikan Sigit Haryono menjadi sosok gemar bola. Di kota ini memang terdapat Diktlat Salatiga yang menelorkan banyak pesepakbola terkenal kaliber nasional dari waktu ke waktu.
Iswadi Idris, Anjas Asmara, Kurniawan Dwi Yulianto, Gendut Doni Christiawan, Bambang Pamungkas, Bayu Pradana, hingga generasi muda seperti Septian David Maulana, Awan Setho Raharjo, dan Fredyan Wahyu Sugiantoro adalah binaan Diklat Salatiga.
Di Cilegon pun yang masyarakatnya gila bola, membuat Sigit Haryono mudah menyalurkan hobinya bermain bola.
Hobi bolanya di Cilegon bermanfaat. Tiap minggu antara 3-5 kali ia bermain bola, bahkan kadang-kadang lebih. Ia pun bersosialisasi dengan banyak kalangan.
Karena dikenal banyak kalangan di Cilegon, ketika muncul ribut-ribut, persoalan bisa lebih mudah diselesaikan.
“Mereka sendiri yang bilang, kasihan Pak Kapolres kalau masyarakat ribut-ribut,” kata Sigit seraya tersenyum mengenai manfaat lain bermain sepakbola
“Hidup ini kan silaturahmi, kita harus dekat dengan masyarakat,” pungkas AKBP Sigit Haryono.
Editor : Usep Solehudin
Artikel Terkait