LABUAN PANDEGLANG, iNewsCilegon.id - Mak Nati (68), Warga Kampung Baru, Desa Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, masih tampak semangat berjualan orog-orog makanan khas Pandeglang meski tubuhnya tak lagi muda.
Mak Nati tak hanya menjual orog-orog namun juga menjual makanan khas Pandeglang lainnya, seperti jojorong dan cucuwer.
Sekilas, orog-orog serupa dengan kue dongkal khas betawi, perbedaan tampak dari bahan-bahan yang digunakan. Jika orog-orog terbuat dari olahan singkong yang dicampur dengan gula merah, sedangkan dongkal terbuat dari tepung beras, ampas kelapa dan juga gula merah. Pengolahannya, kedua makanan khas Pandeglang ini sama-sama dikukus.
Untuk orog-orog, Mak Nati menjualnya dengan harga Rp2.000 hingga Rp3.000, sementara untuk kue jojorong dan cucuwer dijualnya dengan harga Rp1.000 per biji.
Dalam sehari Mak Nati menjual ketiga makanan khas Pandeglang ini tak menentu. Jika pembeli sedang ramai dirinya bisa menghabiskan ratusan biji kue perhari.
"Lumayan aja untuk bekal Mak sehari-hari karena anak-anak Mak kan udah pada berumah tangga," kata Mak Nati kepada iNews Cilegon sambil melayani. Selasa (5/12/2023).
Mak Nati berujar, oleh anak-anaknya sudah tak boleh berjualan mengingat kondisi tubuhnya yang sudah renta. Namun Mak Nati mengaku, dirinya tak bisa jika harus berdiam diri dirumah tak melakukan kegiatan apapun.
"Anak-anak emak udah sering bilangin jangan jualan lagi khawatir ada apa-apa dijalan, tapi kan Mak gak bisa karena udah terbiasa kayak gini dari dulu, kalau dirumah aja bosen," jelasnya.
Anaknya, kata Mak Nati, berjumlah enam orang, saat ini hanya tinggal tiga orang dan sudah berkeluarga.
"Yang tiga lainnya meninggal, sekarang tinggal tiga orang lagi yang masih hidup," ucapnya.
Mak Nati bercerita, dirinya berjualan seperti itu sejak masih kecil, awalnya hanya membantu ibunya berjualan keliling. Setelah ibunya meninggal, Mak Nati lah yang melanjutkan.
"Dari kecil Mak udah jualan kayak gini, kira-kira kelas 2 SD, bantuin ibu tadinya ikut keliling jualan, akhirnya sekarang Mak yang nerusin jualannya," ingatnya.
Waktu dulu, lanjutnya, oleh almarhum Ibunya sempat akan dimasukan ke sekolah perguruan namun mendapat tentangan dari Bapaknya yang melarang untuk tak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
"Sama almarhumah ibu, Mak sempet mau dimasukan ke sekolah guru biar nanti Mak jadi guru, tapi karena waktu itu dilarang sama bapak akhirnya gak jadi kata Bapak ngapain sekolah tinggi-tinggi anak perempuan mah ujung-ujungnya didapur, temen-temen mah Mak banyak yang jadi guru,," tandasnya.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait