JAKARTA, iNewsCilegon.id-Sekolah Tinggi Manajemen PPM Perkuat Pengembangan Ekosistem Sirkular Melalui Penandatanganan MoU Plastic Smart Cities dengan Yayasan WWF Indonesia.
Dalam upaya kerja sama untuk mengembangan dan memperkuat ekonomi sirkular, Sekolah Tinggi Manajemen PPM melaksanakan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) bersama Yayasan WWF Indonesia melalui program Plastic Smart Cities.
MoU ini memperkuat dasar kerja sama antara Sekolah Tinggi Manajemen PPM dan Yayasan WWF Indonesia selama 2022-2023, terutama terkait rencana pendirian Center of Excellent Circular Economy.
Dr. Pepey Riawati Kurnia, M.M selaku Pelaksana Tugas Ketua Sekolah Tinggi Manajemen PPM mengatakan, “Ekonomi sirkular merupakan alternatif solusi yang dapat ditawarkan untuk menggantikan sistem ekonomi linear tradisional yang menggunakan model ambil- pakai- buang (take – make – dispose) yang selama ini berjalan. Kami berharap, kerjasama yang telah dibangun antara Sekolah Tinggi Manajemen PPM dan Yayasan WWF Indonesia mampu memperkuat implementasi sistem ekonomi sirkular ini ke berbagai lini industri dan lapisan masyarakat di Indonesia.”
“Penandatanganan MoU antara Sekolah Tinggi Manajemen PPM dan Yayasan WWF Indonesia ini merupakan bentuk penguatan jalinan kerjasama dalam pengembangan dan penyempurnaan ekosistem sirkular melalui pendirian Center of Excellent Circular Economy. Unit ini nantinya diharapkan dapat menjadi pusat penguatan kapasitas sumberdaya manusia, pengetahuan, wadah berbagi gagasan dan jejaring yang berhubungan dengan ekonomi sirkular, khususnya terkait management Circular plastik,” terang Aditya Bayunanda selaku Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif WWF-Indonesia.
Polusi plastik adalah masalah mendesak dengan dampak besar dan merugikan pada kesehatan ekosistem laut, integritas pasokan makanan, dan mata pencaharian.
Diperkirakan antara 4,8-12,7 Mt plastik terakumulasi di lautan setiap tahun (Jambeck et al., 2015), 80% di antaranya diyakini berasal dari sumber berbasis darat sedangkan 20% sisanya dari sumber berbasis laut, seperti perikanan dan industri perkapalan (Ocean Conservancy, 2017).
Sekitar 75% kebocoran dari sumber berbasis lahan diperkirakan berasal dari sampah yang tidak terkumpul (Ocean Conservancy, 2017). Dibutuhkan solusi yang dapat mengurangi dampak kolektif yang disebabkan limbah plastik yang dihasilkan masyarakat, yang dapat menjadi ancaman global bagi bumi.
Sebagai alternatif dari ekonomi linier tradisional, ekonomi sirkular mengutamakan penggunaan sumber daya, sampah, emisi, dan energi terbuang secara minimal. Hal ini dicapai melalui penutupan siklus produksi-konsumsi dengan memperpanjang umur produk, inovasi desain, pemeliharaan, penggunaan kembali, remanufaktur, daur ulang ke produk semula (recycling), dan daur ulang menjadi produk lain (upcycling).
Editor : Novita Sari