JAKARTA, iNewsCilegon.id-Adanya pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak dua tahun lalu, telah menyadarkan masyarakat global tentang pentingnya obat-obatan dan perangkat medis sebagai kebutuhan mendesak. Sejumlah negara telah berinvestasi lebih besar pada program penelitian kesehatan dan pengadaan vitamin serta suplemen untuk meningkatkan kekebalan tubuh (imunitas).
Di Indonesia, pemerintah telah memasukkan sektor kesehatan sebagai bagian dari sektor prioritas dalam upaya merealisasikan Making Indonesia 4.0 dengan mendorong transformasi digital berbasis teknologi.
Pertumbuhan farmasi sebagai industri yang menjanjikan di masa depan, memengaruhi nilai-nilai saham perusahaan yang bergerak di sektor ini. Menurut Achmad Yaki Yamani, Technical Analyst dari BCA Sekuritas, setidaknya ada dua kelebihan farmasi dibanding sektor lain terutama dalam hal nilai sahamnya. Pertama, kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi vitamin dan suplemen serta produk kebersihan seperti masker, hand sanitizer, dan disinfektan dalam gaya hidup mereka berpotensi meningkatkan penjualan produk-produk tersebut.
“Kedua, asing bisa masuk dan berinvestasi hingga ke level 100 persen. Apalagi farmasi juga termasuk industri padat karya yang didukung beberapa kebijakan pemerintah,” cetusnya.
Meski tren revenue beberapa emiten yang sudah merilis kinerja Quartal I 2022 mulai menurun paska COVID-19, serta pendapatan rumah sakit juga rata-rata menurun lebih dari 10 persen, namun saham farmasi masih tetap menarik untuk dikoleksi. Salah satunya adalah PT Phapros Tbk (PEHA) yang kinerjanya pada periode tersebut tumbuh 19 persen.
“PEHA masih menarik karena revenue-nya masih tumbuh 19 persen dengan pendapatan dari pihak berelasi juga tumbuh 28 persen, sebagian dari penjualan obat, suplemen dan produk kesehatan,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Senior Equity Research Analyst Emtrade William Siregar. "Tren saham-saham di industri farmasi tahun 2022 masih prospektif meskipun tidak seagresif pada dua tahun terakhir saat penyebaran COVID-19 tidak terkendali. Tahun ini, permintaan kebutuhan obat imunitas masih cukup tinggi terutama segmen multivitamin dan menjadi fokus emiten sektor tersebut dalam pengembangan produk," ungkapnya.
“Kebutuhan akan imunitas dan meningkatnya kepedulian akan kesehatan akan selalu bertumbuh ke depan, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya taraf hidup masyarakat,” tambahnya.
Meski demikian, faktor eksternal kini mulai memengaruhi bisnis farmasi, mulai dari pelemahan rupiah, terganggunya rantai pasokan secara global, sampai kepada meningkatnya biaya pengiriman.
“Kami melihat risiko ini yang perlu diantisipasi bagi sektor farmasi pada tahun 2022 ini. Dan jika berbicara investasi, secara bisnis sektoral, saham PEHA harusnya masih prospektif,” tutupnya.
Editor : Novita Sari