JAKARTA, iNewsCilegon.id – Berdasarkan Data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, angka stunting di Indonesia masih mencapai 24,4 persen atau sekitar 5,33 juta balita. Angka ini masih berada di atas standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20 persen.
Pemerintah sendiri menargetkan pada tahun 2024 angka stunting di Indonesia akan turun menjadi 14 persen atau di bawah standar WHO dan tahun 2030 Indonesia bebas stunting.
Kabar gembira karena Kota Jakarta Timur menjadi kota terendah angka stunting. Hal tersebut diungkapkan oleh Walikota Jakarta Timur, Muhammad Anwar saat peluncuran gerakan #GenerasiMerdekaStunting yang digelar di kantor Walikota Jakarta Timur pada Rabu, 15 Juni 2022. “Data terakhir, angka stunting di Jakarta Timur sudah di angka 14 persen,” cetusnya. "Saya sangat mengapresiasi ACT dan para partner yang sudah memilih Jakarta Timur sebagai kota pertama diluncurkannya gerakan #GenerasiMerdekaStunting ini," ungkap Anwar.
Menurut Direktur HMS (Humanity Medical Services) ACT, dokter Arini Retno Palupi, dalam mengatasi stunting, perlu kerja sama dari berbagai pihak, juga upaya menyeluruh dan berkesinambungan, dari hulu hingga hilir sehingga hasilnya maksimal dan stunting dapat diatasi hingga ke akar permasalahannya.
“Langkah pertama, memberikan edukasi kepada perempuan, calon ibu, ibu hamil, dan anak-anak akan pentingnya asupan gizi seimbang. Ibu dan ibu hamil memiliki peran yang strategis dalam mengatasi stunting dan mewujudkan anak-anak bebas stunting. Langkah selanjutnya, melakukan penyaringan status gizi anak. Dari hasil penyaringan gizi, akan diketahui anak dengan stunting, gizi seimbang, buruk, normal, atau berlebih. Nantinya, tim HMS-ACT akan melakukan tindakan pendampingan dan pemantauan status gizi anak yang stunting secara berkala,” urai dokter Arini.
"Jadi, setiap dua pekan atau sepekan sekali akan kita berikan bahan pangan, makanan gizi seimbang, edukasi, serta monitoring gizi seperti penimbangan berat badan, dan pengukuran tinggi badan. Ini jangka panjang, minimal tiga bulan," tambahnya.
Presiden ACT Ibnu Khajar berpendapat, stunting dapat memberikan dampak panjang terhadap kualitas SDM di masa yang akan datang. “Jika kualitas SDM buruk akibat stunting, masa depan Indonesia menjadi taruhan. Cita-cita mewujudkan Indonesia Emas di 100 tahun kemerdekaan dan menjadi bangsa yang maju, bisa terhambat,” tandasnya.
“Selain pendampingan status gizi anak, HMS-ACT juga melakukan pendampingan yang bersifat pemberdayaan ekonomi kepada orangtua. Sebab, jika ekonomi orangtua terpenuhi, akses anak mendapat asupan gizi seimbang juga diharapkan lebih mudah,” tambah Ibnu.
Editor : Novita Sari
Artikel Terkait