Budi mengaku, dirinya sangat bersemangat mengikuti pawai obor ini karena baru kali ini mengikuti.
"Tapi, sebelum kita mulai pawai obor biasanya ada acara gelar doa terlebih dahulu di mushola atau masjid yang ada di tempat masing-masing," ujarnya.
Iwan peserta lainnya mengatakan, pawai obor sedikit terkendala karena ketersediaan minyak tanah yang mulai sulit didapat.
"Paling kendalanya bahan bakar, kan pawai obor itu pake minyak tanah, sementara sekarang kan sudah sulit ditemukan, ya paling alternatifnya ada yang pake minyak goreng," akunya sambil tersenyum.
Iwan menambahkan, dalam tradisi pawai obor ini para peserta biasanya melantunkan salawatan, doa-doa, dan ayat Alquran.
"Setiap melakukan pawai obor rutenya biasanya gak banyak berubah, paling keliling ke pasar, pertigaan patung nelayan, dan kembali lagi ke lokasi semula," jelasnya.
Sementara itu, pengasuh Pondok Pesantren Al Quran Al-Khoziny di Kadutomo, Kecamatan Jiput, Kabupaten Pandeglang KH. Khozinul Asror menjelaskan, bahwa pawai obor merupakan tradisi bangsa Indonesia yang tidak bertentangan dengan agama.
"Zaman para nabi gak ada pawai obor, karena itu tradisi bangsa yang memang tidak bertentangan dengan agama kita," ungkapnya.
Untuk di lingkungan ponpesnya sendiri, KH Khozinul Asror menambahkan, hanya menggelar istighotsah dan dzikir bersama di Pondok pesantren.
"Kami tidak mengadakan pawai obor, hanya istighotsah dan berdzikir bersama para santri dan jamaah lainnya," pungkasnya.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait