JAKARTA, iNewsCilegon.id - Menurut WHO, 60 hingga 85% orang di dunia — baik dari negara maju maupun negara berkembang — menjalani gaya hidup yang tidak aktif (sedentary lifestyle), yang menjadikannya salah satu masalah kesehatan masyarakat yang lebih serius namun tidak cukup ditangani.
Hal ini pun turut dipengaruhi oleh kecanggihan teknologi, yang membuat segala hal menjadi lebih praktis.
Misalnya, mencuci baju dengan mesin cuci dan mengepel lantai dengan alat yang canggih, sehingga tubuh jadi makin sedikit bergerak.
Padahal, di atas usia 40 tahun, otot-otot secara alami mengalami degenerasi, kecuali otot-otot tersebut terpelihara melalui olahraga.
Secara kasat mata, ada perbedaan yang nyata antara otot-otot orang yang jarang bergerak dengan otot-otot orang yang rajin bergerak.
“Ketika kita sehat dan bugar, maka kita bisa melakukan tugas kita dengan baik. Di usia remaja dan produktif, kita bisa terus melakukan hal-hal yang produktif. Saat sudah melakukan tugas utama, misalnya bekerja, atau menjadi ibu rumah tangga, kita masih bisa mengerjakan tugas yang lain. Contohnya, setelah pulang kantor atau selepas melakukan aktivitas utama lainnya, kita masih ada waktu untuk berolahraga. Kalau tubuh tidak bugar, biasanya kita langsung akan merasa kelelahan. Tubuh kita bisa diajak hidup lebih baik dengan cara dilatih,” terang drg. Kartini Rustandi, M.Kes, Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam sesi #TanyaAhlinya bersama Lemonilo, belum lama ini.
Lalu, bagaimana aturan beraktivitas fisik yang baik?
drg. Kartini berujar bahwa aktivitas fisik yang baik memiliki rumus yaitu selama 30 menit di luar pekerjaan domestik (misalnya mengepel, menyapu, dan mencuci mobil) serta dilakukan secara BBTT (Baik, Benar, Terukur, dan Teratur).
Baik artinya melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh dan bertahap, serta berkesinambungan.
Benar artinya melalui tahapan. Sebelum beraktivitas fisik harus melakukan pemanasan untuk menghindari cedera, serta setelah selesai langsung melakukan pendinginan.
Editor : Novita Sari
Artikel Terkait