Silent Killer Peringkat Ketiga, Ini 6 Faktor Risiko dan 4 Gejala Kanker Ovarium

Novi
Ki-ka: Shahnaz Haque (moderator), dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA (Kementerian Kesehatan RI), dr. Toto Imam Soeparmono, SpOG, K.Onk, MH (Dokter Spesialis Ginekologi Onkologi), dan Apt. Yovita Diane Titisari, M.Sc, Apoteker Klinis. Foto: Ist

JAKARTA, iNewsCilegon.id - Data Globocan tahun 2020 menunjukkan bahwa kanker ovarium menduduki peringkat ketiga sebagai kanker paling mematikan di kalangan perempuan di Indonesia, dengan jumlah kasus mencapai 14.896 dan menyebabkan 9.581 kematian pada perempuan.

Dalam rangka memeringati Hari Kanker Ovarium Sedunia yang jatuh setiap 8 Mei, pada Sabtu, 27 Mei 2023, AstraZeneca Indonesia, bekerja sama dengan Cancer Information and Support Center (CISC) dan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (P2PTM, Kemenkes RI), menyelenggarakan program edukasi "Kampanye 10 Jari: Jangan Abai, Kenali Gejala Dini dan Faktor Risiko Kanker Ovarium". 

Program ini diikuti oleh 150 peserta, yang terdiri dari kelompok pasien, penyintas, keluarga, dan tenaga kesehatan.

Tahun ini, Kampanye 10 Jari kembali diadakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan 6 faktor risiko dan 4 gejala kanker ovarium, serta mendorong para perempuan untuk mengenali gejala dan faktor risiko kanker ovarium sejak dini, demi mendapatkan perawatan yang tepat dari tenaga kesehatan serta kualitas hidup yang lebih baik.

Kanker ovarium menyerang jaringan indung telur atau ovarium, oleh karena itu siapa pun yang terlahir dengan indung telur dapat menderita kanker ovarium. 

"Untuk mengendalikan penyakit kanker, Kementerian Kesehatan RI telah melakukan upaya pendekatan pengendalian faktor risiko dan deteksi dini yang tertuang dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) pengendalian kanker tahun 2020 - 2024. Tujuan dari program ini adalah untuk melakukan deteksi dini kanker pada ≥ 80% penduduk usia 30-50 tahun di 514 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024, termasuk kanker ovarium. Namun, semua upaya ini tidak akan optimal tanpa dukungan dari seluruh sektor terkait, beserta seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi Kampanye 10 Jari sebagai langkah nyata membantu para penderita kanker ovarium di Indonesia," sebut dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA, Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah P2PTM, Kementerian Kesehatan RI.

dr. Toto Imam Soeparmono, SpOG, K.Onk, MH, Dokter Spesialis Ginekologi Onkologi, mengatakan, "Kanker ovarium dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, terutama jika ada anggota keluarga yang pernah menderita kanker ovarium atau kanker lainnya seperti kanker payudara, prostat, kolorektal, maupun kanker rahim. Penyakit ini menjadi tantangan terbesar bagi para ahli onkologi ginekologi karena tidak menunjukkan gejala yang spesifik pada stadium awal, melainkan baru menunjukkan gejala pada stadium lanjut dimana sel kanker telah menyebar ke organ lain. Namun demikian, para perempuan dianjurkan untuk mendeteksi kanker ovarium sejak dini dengan mengenali faktor risiko dan gejala awalnya. Selain itu, penting bagi individu yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau payudara untuk melakukan pemeriksaan genetik."

"Kampanye 10 Jari" melambangkan 10 hal yang perlu kita perhatikan untuk mengenali kanker ovarium, yaitu enam faktor risiko dan empat pertanda penyakit.

Editor : Novita Sari

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network