LAHAT, iNewsCilegon.id – Keturunan Raden Fatah, Raja Demak I, di Muara Temiang, Sumatera Selatan menggelar ritual Mandi Pusaka. Dalam ritual tersebut juga digelar sedekah adat berupa penyembelihan satu ekor kerbau.
Ritual berlangsung Kamis malam, 12 Januari 2023 (malam Jumat) di Muara Temiang, Merapi Barat, Lahat, Sumatera Selatan.
Desa Muara Temiang menjadi satu desa yang penting dalam sejarah nasional. Ini karena Muara Temiang menjadi pusat penyebaran agama yang dilakukan Raden Fatah, Raja Demak yang merupakan raja kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Raden Fatah adalah anak Prabu Brawijaya V yang lahir di Palembang, Sumatera Selatan. Tak heran saat masih bertahta sebagai Raja Demak, Raden Fatah menyebarkan ajaran Islam di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan dengan mendirikan Kerajaan Suku Lima.
Di Suku Lima Lahat, mereka menyebut gelar Raden Fatah adalah Senopati Jimbun Ngabdurahman Palembang Sayyidin Panata Agama.
Kerajaan Suku Lima ini terdiri dari 5 daerah inti yaitu Pagar Batu, Jati, Selawi, Muara Siban, dan Muara Temiang. Lima daerah inti ini memiliki peran masing-masing dengan Muara Temiang sebagai pusat penyebaran agama Islam. Seorang Imam di Suku Lime selalu berasal dari Muara Temiang.
Acara mandi pusaka di Muara Temiang didahului pengajian. Foto: Istimewa
Dalam perkembangannya, penduduk Muara Temiang merupakan keturunan Krio Babat, cucu Raden Fatah dari anak sulungnya Putri Kemala Dithe dan Panglima Stigahak.
Acara ritual mandi pusaka dan sedekah adat berupa pemotongan kerbau dilakukan gotong royong penduduk dan aparatur Desa Muara Temiang. Acara juga dihadiri Camat Merapi Barat dan Raja Firmansyah selaku Manager site PT Batubara Lahat.
Sejumlah pusaka Muara Temiang yang dimandikan antara lain Keris Berangke Selawi, Keris Krio Babat dan Tombak Lidah Badak.
Acara mandi pusaka Muara Temiang dipimpin tokoh adat yaitu Darwin Turi dan Iskandar Idris Turi, 4 Juhu Empat dan tokoh agama. Mandi pusaka didahului dengan bacaan surat Yasin dan doa-doa.
Sefta Hariyanto, Keturuanan Raden Fatah diangkat Jadi Jurai Tue Muara Temiang
Dalam struktur adat Suku Lime, masing-masing dari 5 daerah inti dipimpin seorang jurai tue. Mereka adalah keturunan langsung Raden Fatah.
Di Muara Temiang, acara Mandi Pusaka dan Sedekah Adat juga dilakukan pengangkatan Jurai Tue Muara Temiang yang baru yaitu Sefta Hariyanto. Ia saat ini juga menjabat Kepala Desa Maura Temiang.
Sementara Imam Muara Temiang dipimpin Darwin Turi, ayah Sefta Harianto. Mereka inilah yang meneruskan kepemimpinan dalam melestarikan adat istiadat Suku Lime.
Penyembelihan Kerbau
Sefta Harianto, Kepala Desa sekaligus Jurai Tue Muara Temiang menyatakan acara Mandi Pusaka dan Sedekah Adat merupakan upaya untuk melestarikan adat dan budaya turun temurun dari era Raden Fatah. Maka dalam acara ini dilakukan penyembelihan kerbau sebagai sedekah dan dinikmati secara bersama dengan masyarakat.
Penyembelihan kerbau dalam acara Mandi Pusaka dan Sedekah Adat di Muara Temiang. Foto: Istimewa
Sefta menambahkan acara merupakan bentuk syukur atas kemajuan dan kekompakan penduduk Muara Temiang. Ia berharap rasa syukur tersebut memacu perkembangan Muara Temiang.
"Kami berharap penduduk yIang bertani atau berkebun dapat menghasilkan hasil tani sesuai harapan, dan warga yang bekerja di perusahaan agar diberi kelancaran, berguna untuk keluarga besar dan dijauhkan dari balak dan becana," kata Sefta Hariyanto.
Dalam acara ini, Sefta Hariyanto juga meminta izin kepada para pemangku adat untuk perluasan lahan pertambangan PT Batubara Lahat (PT BL). Ia berharap PT BL meningkatkan kontribusi bagi kemajuan desa, dan perekrutan tenaga kerja.
Sementara itu, Erlambang Camat Merapi Barat memberikan apresiasi kepada Kepala Desa Muara Temiang karena telah melestarikan adat dan budaya.
"Tetap jaga adat istiadat kita. Hidup kita saling sapa, saling tolong menolong, serta saling menjaga. Allhamdulillah, adat istiadat kita tidak hilang, yang tua kita hargai dan yang muda kita sayangi," pesannya.
Editor : M Mahfud