get app
inews
Aa Read Next : Kolaborasi GSK, Kemenkes, Praktisi Kesehatan, dan Komunitas Hadapi Tantangan Kejar Imunisasi Anak

Silent Killer Peringkat Ketiga, Ini 6 Faktor Risiko dan 4 Gejala Kanker Ovarium

Sabtu, 27 Mei 2023 | 21:43 WIB
header img
Ki-ka: Shahnaz Haque (moderator), dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA (Kementerian Kesehatan RI), dr. Toto Imam Soeparmono, SpOG, K.Onk, MH (Dokter Spesialis Ginekologi Onkologi), dan Apt. Yovita Diane Titisari, M.Sc, Apoteker Klinis. Foto: Ist

JAKARTA, iNewsCilegon.id - Data Globocan tahun 2020 menunjukkan bahwa kanker ovarium menduduki peringkat ketiga sebagai kanker paling mematikan di kalangan perempuan di Indonesia, dengan jumlah kasus mencapai 14.896 dan menyebabkan 9.581 kematian pada perempuan.

Dalam rangka memeringati Hari Kanker Ovarium Sedunia yang jatuh setiap 8 Mei, pada Sabtu, 27 Mei 2023, AstraZeneca Indonesia, bekerja sama dengan Cancer Information and Support Center (CISC) dan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (P2PTM, Kemenkes RI), menyelenggarakan program edukasi "Kampanye 10 Jari: Jangan Abai, Kenali Gejala Dini dan Faktor Risiko Kanker Ovarium". 

Program ini diikuti oleh 150 peserta, yang terdiri dari kelompok pasien, penyintas, keluarga, dan tenaga kesehatan.

Tahun ini, Kampanye 10 Jari kembali diadakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan 6 faktor risiko dan 4 gejala kanker ovarium, serta mendorong para perempuan untuk mengenali gejala dan faktor risiko kanker ovarium sejak dini, demi mendapatkan perawatan yang tepat dari tenaga kesehatan serta kualitas hidup yang lebih baik.

Kanker ovarium menyerang jaringan indung telur atau ovarium, oleh karena itu siapa pun yang terlahir dengan indung telur dapat menderita kanker ovarium. 

"Untuk mengendalikan penyakit kanker, Kementerian Kesehatan RI telah melakukan upaya pendekatan pengendalian faktor risiko dan deteksi dini yang tertuang dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) pengendalian kanker tahun 2020 - 2024. Tujuan dari program ini adalah untuk melakukan deteksi dini kanker pada ≥ 80% penduduk usia 30-50 tahun di 514 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024, termasuk kanker ovarium. Namun, semua upaya ini tidak akan optimal tanpa dukungan dari seluruh sektor terkait, beserta seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi Kampanye 10 Jari sebagai langkah nyata membantu para penderita kanker ovarium di Indonesia," sebut dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA, Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah P2PTM, Kementerian Kesehatan RI.

dr. Toto Imam Soeparmono, SpOG, K.Onk, MH, Dokter Spesialis Ginekologi Onkologi, mengatakan, "Kanker ovarium dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, terutama jika ada anggota keluarga yang pernah menderita kanker ovarium atau kanker lainnya seperti kanker payudara, prostat, kolorektal, maupun kanker rahim. Penyakit ini menjadi tantangan terbesar bagi para ahli onkologi ginekologi karena tidak menunjukkan gejala yang spesifik pada stadium awal, melainkan baru menunjukkan gejala pada stadium lanjut dimana sel kanker telah menyebar ke organ lain. Namun demikian, para perempuan dianjurkan untuk mendeteksi kanker ovarium sejak dini dengan mengenali faktor risiko dan gejala awalnya. Selain itu, penting bagi individu yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau payudara untuk melakukan pemeriksaan genetik."

"Kampanye 10 Jari" melambangkan 10 hal yang perlu kita perhatikan untuk mengenali kanker ovarium, yaitu enam faktor risiko dan empat pertanda penyakit.

Yang termasuk dalam enam faktor risiko adalah: (1) memiliki riwayat kista endometriosis; (2) memiliki riwayat kanker ovarium dan/atau kanker payudara dalam keluarga; (3) mutasi genetik (misalnya BRCA); (4) paritas rendah (tidak punya anak); (5) gaya hidup yang buruk; (6) dan penuaan. 

Sementara itu, empat pertanda kanker ovarium adalah (1) kembung; (2) nafsu makan berkurang; (3) sering buang air kecil; (4) dan nyeri panggul atau perut.

Pada umumnya kanker ovarium tidak disertai gejala pada stadium awal.

Hanya 20% dari pasien kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, dan 94% di antaranya berhasil mencapai harapan hidup lebih dari lima tahun, oleh karena itu pasien yang didiagnosis dengan kanker ovarium harus mendapatkan penanganan segera.

Perawatan dan pengobatan yang tepat memberikan peluang keberhasilan yang tinggi pada kanker ovarium stadium awal saat penyakit masih terbatas pada organ ovarium. 

Apt. Yovita Diane Titisari, M.Sc, Apoteker Klinis, mengatakan, "Penting bagi pasien kanker ovarium untuk patuh dalam menjalani pengobatan dan mengikuti instruksi dokter agar penyakit tidak semakin parah dan kambuh lagi."

Dijelaskan oleh Sri Suharti, Ketua Umum Harian CISC, "CISC yang telah berdiri sejak 2003, merupakan salah satu wadah informasi dan dukungan bagi para pasien dan keluarganya. Kami CISC siap memberikan dukungan agar pasien kanker ovarium di Indonesia dapat menjalani pengobatan yang bermutu dan tepat waktu.”

dr. Feddy, Medical Director AstraZeneca Indonesia, menambahkan, "Melalui Kampanye 10 Jari, kami mengajak setiap perempuan dan keluarganya di Indonesia untuk menyadari bahaya kanker ovarium dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengantisipasi kondisi yang fatal ini. AstraZeneca, sebagai perusahaan biofarmasi global, berkomitmen menghadirkan pengobatan kanker yang inovatif dan terobosan baru bagi para pasien, termasuk pasien kanker ovarium di Indonesia."

Editor : Novita Sari

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut