get app
inews
Aa Read Next : Viral Diduga Kalah, Caleg ini Angkut Lagi Bantuan Paving Block untuk Warga

Mahasiswa Rapatkan Barisan, Tolak Penundaan Pemilu

Sabtu, 19 Maret 2022 | 16:44 WIB
header img
Diskusi Pemilu 2004 di Basecamp Sosia Polika, Cijambe, Ujung Berung, Jum'at (18/03/2022) Foto : Ist.

BANDUNG, iNews.id - Isu penundaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 semakin senter terdengar. Sejumlah mahasiswa merapatkan barisan untuk mengambil sikap akan usulan penundaan Pemilu 2024.

Ketua GMNI Bandung, Muhammad Bachroem Ilham menegaskan menolak penundaan Pemilu 2024 karena sudah bertentangan dengan UUD 1945.

Menurutnya, pasal 22 E itu menjelaskan bahwa Pemilu dilaksanakan secara luber dan jurdil dengan jangka waktu lima tahun sekali.

"Kami saat ini tidak melihat urgensi harus menunda Pemilu 2024. Dan tidak ada jaminan jika ditunda dua atau tiga tahun Pemilu ini akan terealisasi," tegasnya saat Diskusi di Basecamp Sosia Polika, Cijambe, Ujung Berung, Jum'at (18/03/2022). 

Ia juga menambahkan, jangan sampai mengkhianati perjuangan mahasiswa tahun 1998 dan teriak karena ada sosok pemimpin yang berkuasa terlalu lama. 

"Masa hari ini kita akan biarkan begitu saja, karena hal ini bertentangan dengan semangat demokrasi kita yakni regenerasi kepemimpinan," tambahnya. 

Hal senada juga dikemukakan oleh Pengamat Politik Kunto Adi Wibowo mengatakan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi menjadi narasi utama usulan penundaan Pemilu 2024. 

"Namun kondisi ekonomi saat ini menjawab sendiri apa yang dikemukakan oleh para pendukung penundaan Pemilu 2024 itu," ujar Kunto. 

Kunto yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKopi mengatakan tidak ada jaminan jika pemilu ini ditunda, maka ekonomi akan membaik. Justru skenarionya akan berbeda. 

"Bahkan sekarang salah satu investor terbesar IKN sudah mundur, dan ini sebenarnya sudah menjawab soal ekonomi," tegasnya.

Kunto mengingatkan, sejak awal kemunculan Covid, para pakar politik di dunia sudah memberikan peringatan bahwa Covid ini bisa dipergunakan oleh penguasa yang punya tendensi otoritarian untuk semakin otoritarian.

"Dan itu sedang terjadi sekarang di Indonesia," ujarnya.

Kunto menuturkan, sejarah Indonesia pernah mencatat penundaan pemilu dengan adanya dekrit 59 dan setelah itu pemilu selalu diundur hingga presiden pertama turun dari jabatannya baru ada kembali Pemilu.

Menurut Kunto jika kita menunda Pemilu 2024 sama saja dengan membuka kotak pandora. Dan Indonesia akan menjadi negara terendah dalam berdemokrasi.

"Tahun 2020 kemarin, indeks demokrasi Indonesia sudah membaik. Namun dengan penundaan pemilu akan jadi preseden buruk bagi Indonesia," pungkasnya.

Editor : Mahfud

Follow Berita iNews Cilegon di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut