CILEGON,iNewsCilegon.id - Bagi para penggemar tinju di Indonesia, nama Ju-Do Chun mungkin masih melekat dalam ingatan sebagai lawan dari Ellyas Pical pada tahun 1985.
Saat itu, Ju-Do Chun adalah seorang juara dunia kelas Terbang Super versi IBF yang telah menjalani perjalanan gemilang dalam dunia tinju.
Namun, setelah kekalahan dramatisnya dari Pical, banyak yang mungkin tidak tahu apa yang terjadi dengan petinju Korea Selatan ini.
Ju-Do Chun, lahir di Jeongseon, Gangwon-do pada tahun 1963, memulai perjalanan karier tinjunya di Gimnasium Timur Jauh pada tahun 1980.
Meskipun awal karier profesionalnya tidak mencolok, dengan hanya satu kemenangan KO dalam 14 pertarungan, dia tidak pernah menyerah.
Ia terus bekerja keras, berlatih dengan tekun, dan berkembang sebagai seorang petinju.
Puncak karier Ju-Do Chun datang pada usia yang sangat muda, 20 tahun. Ia memegang gelar kelas bantam junior IBF dan menjaga gelar tersebut selama 17 bulan yang mengesankan.
Selama periode tersebut, ia mencatatkan rekor domestik yang mengesankan, termasuk enam kemenangan KO berturut-turut dan lima kali mempertahankan gelar KO berturut-turut dalam pertandingan perebutan gelar dunia.
Ini adalah pencapaian luar biasa, dan dia menjadi salah satu petinju yang dihormati di Korea Selatan.
Namun, seperti yang sering terjadi dalam dunia olahraga, takdir bisa berubah dengan cepat. Pada pertahanan keenamnya, Ju-Do Chun mengalami kekalahan KO yang telak dari Ellyas Pical, yang menjadi juara dunia pertama asal Indonesia.
Meskipun itu adalah pukulan berat bagi kariernya, Ju-Do Chun menerima uang pertarungan yang substansial dan menjalani hidupnya dengan karakter optimis yang memenuhi cangkir kosong dengan tawa.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait