LEBAK, iNews.id – Sejumlah warga RT 01 dan 02 RW VI Kampung Cinangga Lebak, Desa Bayah Timur, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten merasa khawatir, karena rumah tinggal yang yang dibangun dengan susah payah mengalami keretakan pada dinding.
Keretakan ini sebagai akibat aktifitas blasting atau peledakan yang dilakukan PT Cemindo Gemilang selaku perusahaan yang mengoperasikan pabrik semen Merah Putih. Situasi seperti ini sudah berlangsung sejak pabrik semen itu beroperasi tahun 2015.
“Kondisi seperti ini sudah kami alami bertahun-tahun sejak ada pabrik semen, ini sangat merugikan kami secara materil dan immaterial. Kami tidak tahu harus kemana lagi mengadukan hal ini supaya didengar pihak terkait,” ucap Oman, salah satu warga di Lebak, Kamis (24/2/2022).
Tidak kurang dari 20 rumah warga di kampung ini mengalami retak-retak. Keretakan akibat getaran itu ada di bagian lantai, dinding, dan atap dengan tingkat kerusakan bervariasi. Berulang kali warga perbaiki secara swadaya, namun retakan-retakan kembali muncul dan terus berulang selama bertahun-tahun terakhir.
BACA JUGA Demo Aliansi Bayah Menggugat di PT Cemindo Sempat Saling Dorong Dengan Petugas
“Tingkat keretakannya dari waktu ke waktu terus bertambah karena blastingnya setiap hari, biasanya jam satu siang dan getarannya sampai ke sini, kerasa di dada,” tuturnya.
Kondisi ini menurut warga, terjadi disebabkan oleh adanya getaran ketika blasting yang dilakukan PT Cemindo Gemilang. Blasting atau peledakan di dalam tanah adalah proses eksplorasi untuk mengeruk bahan material semen yang dapat menimbulkan getaran di sekitar lokasi.
Kondisi rumah warga RT 01 dan 02 RW VI Kampung Cinangga Lebak, Desa Bayah Timur, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak dinding tembok retak-retak akibat aktifitas blasting pabrik Semen Merah Putih (foto. ist)
Warga berharap pabrik semen tersebut bertanggung jawab karena sudah menyebabkan kerugian yang mereka alami.
“Kami mendesak PT Cemindo Gemilang menunjukkan tanggung-jawabnya karena sebelum pabrik semen berdiri, kondisi rumah kami baik-baik saja,” kata Oman.
BACA JUGA Sungai Cipamubulan Bayah Tercemar, Komisi IV DPRD Lebak Panggil Pengusaha Galian Pasir
Selain itu, aktivitas blasting ini juga menyebabkan semburan material batu dari dalam tanah menghujani lahan perkebunan warga yang belum dibebaskan pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Darmasari-Cilograng, Bayah tersebut.
“Kami jadi takut ke berkegiatan di luar, karena takut kebentur batu yang bisa muncul kapan saja. Ini kan membahayakan keselamatan,” ujarnya.
Belum lagi kata dia, ketika dentuman muncul saat proses blasting menyebabkan dampak secara psikis.
“Setiap kali blasting getarannya bikin jantung berdebar. Akibatnya, setiap hari kami merasakan kepanikan karena seperti ada gempa. Belum lagi rasa takut tiba-tiba rumah kami roboh karena biasanya kaca pecah, dinding, lantai juga retak.”tuturnya.
BACA JUGA Diduga Terdampak Gempa, Tiga Ruangan Madrasah Ar-Ribathiyah Lebak Amblas
Untuk mencari solusi atas masalah ini, sebenarnya warga sudah berkali-kali menyampaikan hal ini kepada PT Cemindo Gemilang. Terbaru, mereka turut berunjuk rasa bersama warga lainnya yang terdampak melalui ‘Aliansi Bayah Menggugat’. Namun, sepekan berlalu, belum ada tanda-tanda bahwa tuntutan mereka dipenuhi.
“Sampai sekarang belum ada tindakan apa-apa dari PT Cemindo, tolong diperhatikan kami jadi makin susah, sudah rumah rusak, kenyataan kami sebagi warga yang terkena dampak juga susah untuk mencari pekerjaan,” ucap para warga serempak.
PT Cemindo Gemilang merupakan perusahaan yang mengoperasikan Pabrik Semen Merah Putih yang berlokasi di Bayah, Banten Selatan, dikenal sebagai perusahaan multinasional yang terus mengalami peningkatan laba dari tahun ke tahun.
Pada semester pertama 2021 saja, perusahaan berhasil membukukan pendapatan bersih senilai Rp 3,87 triliun atau naik 31,84 persen dari pendapatan bersih di periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 2,93 triliun.
Keuntungan perusahaan ini pun diprediksi akan mengalami peningkatan mengingat semen merupakan material penting untuk membangun infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan gedung-gedung bertingkat pencakar langit, serta proyek mercusuar lainnya. Sebuah hal yang amat kontras dengan kondisi warga di sekitar pabrik semen tersebut.
Editor : Mumpuni Malika
Artikel Terkait