get app
inews
Aa Read Next : Unik! Kembali ke Jaman Majapahit, di Pasar ini Pembeli Gunakan Uang Kayu untuk Berbelanja

Srilanka Bangkrut, Para Wanitanya Barter Makanan dan Obat-obatan dengan Layanan Seks

Rabu, 20 Juli 2022 | 17:18 WIB
header img
Suasana gelap di sebuah rumah karena listrik dipadamkan setelah Srilanka bangkrut. Untuk mendapatkan makanan dan obat-obatan, wanita Srilanka barter dengan layanan seks. Foto: Ist

KOLOMBO, iNews.id - Kebangkrutan yang melanda Sri Lanka, memaksa para wanitanya memberikan layanan seks dengan imbalan makanan dan obat-obatan.

Barter seperti itu menjadi satu-satunya pilihan untuk mendapatkan makanan karena kelangkaan akibat krisis ekonomi yang telah membuat negara bangkrut. Penderitaan para wanita tersebut diulas surat kabar lokal, The Morning.

Menurut laporan surat kabar tersebut, para wanita buruh pabrik tekstil semakin beralih ke prostitusi sebagai pekerjaan alternatif karena kekhawatiran akan diberhentikan sebagai akibat memburuknya ekonomi negara.

 “Kami mendengar bahwa kami dapat kehilangan pekerjaan karena krisis ekonomi di negara ini dan solusi terbaik yang dapat kami lihat saat ini adalah pekerja seks," kata seorang wanita buruh pabrik tekstil yang mengambil pekerjaan sampingan sebagai pekerja seks.

"Gaji bulanan kami sekitar Rs28.000, dan maksimum yang bisa kami peroleh adalah Rs35.000. Tapi melalui terlibat dalam pekerjaan seks, kami bisa mendapatkan lebih dari Rs15.000 per hari. Tidak semua orang akan setuju dengan saya, tapi inilah kenyataannya." 

Menurut laporan Ecotextile.com, badan perdagangan Forum Asosiasi Pakaian Gabungan Sri Lanka telah mengungkapkan bahwa Sri Lanka kehilangan 10-20 persen pesanannya ke India dan Bangladesh karena krisis ekonomi yang sedang berlangsung yang telah mengguncang kepercayaan pembeli. 

The Morning dalam laporan terbarunya serta Telegraph yang berbasis di Inggris Inggris dalam laporan sebelumnya, telah mengutip kenaikan 30 persen dalam jumlah wanita yang bergabung dengan industri seks di Ibu Kota Sri Lanka; Kolombo, sejak Januari tahun ini.

Para wanita tersebut sebelumnya bekerja di industri tekstil. Kedua publikasi tersebut mengutip Stand Up Movement Lanka (SUML), kelompok advokasi pekerja seks terkemuka di negara itu, tentang fakta ini. 

Laporan mengutip Ashila Dandeniya, direktur eksekutif SUML, yang mengatakan bahwa para wanita tersebut sangat putus asa untuk menghidupi anak-anak mereka, orang tua atau bahkan saudara mereka. 

Editor : Sazili Mustofa

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut