CILEGON.iNewsCilegon.id - Sebagian orang mengkonsumsi tanaman ganja untuk merasa lebih rileks atau sangat senang. Namun, efek ganja sangat berbahaya bagi kesehatan bila dikonsumsi terus menerus dalam jangka panjang dan dalam dosis yang berlebihan.
Ganja merupakan tanaman psikotropika yang penggunaannya masih ilegal di Indonesia. Namun, beberapa negara telah melegalkan ganja karena alasan kesehatan.
Tumbuhan ini terdiri dari tiga jenis yaitu Cannabis sativa, Cannabis indica dan Cannabis ruderalis. Pasalnya, tanaman ini dapat menimbulkan beberapa efek negatif bagi kesehatan tubuh.
Ganja diklasifikasikan sebagai ramuan obat karena dapat digunakan untuk mengobati penyakit tertentu bila diberikan di bawah pengawasan medis. Namun, pemerintah Indonesia belum secara hukum menyetujui penggunaan ganja sebagai obat. Konsumsi tanaman ganja tanpa indikasi medis dan tanpa pengawasan medis hanya memberikan berdampak negatif bagi kesehatan penggunanya.
Lantas, apa saja dampak negatif ganja bagi kesehatan? Berikut adalah dampak negatif dari tanaman ganja.
Merusak Paru-Paru
Umumnya, ganja dikonsumsi dengan cara dibakar dan diisap, baik dalam bentuk rokok linting, rokok pipa, atau cerutu. Selama ini, tembakau pada rokok digadang-gadang menjadi faktor utama kerusakan paru-paru. Efek ini berasal dari kandungan tarnya, yaitu partikel kimia yang timbul saat proses pembakaran rokok.
Faktanya, kandungan tar pada tanaman ini ternyata hampir tiga kali lipat lebih tinggi dari rokok tembakau. Asap yang tercipta dari pembakaran ganja juga memiliki kandungan zat penyebab kanker jauh lebih tinggi dari asap rokok biasa. Akibatnya, risiko kanker paru-paru bisa semakin tinggi pada orang-orang yang memakai ganja dalam waktu lama. Masalah paru akibat pemakaian ganja mencakup terhambatnya jalan nafas, hiperinflasi paru, bronkitis kronis, infeksi pernafasan dan pneumonia.
Menurunkan Sistem Kekebalan Tubuh
Efek ganja bisa membuat system kekebalan tubuh melemah. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana efek ganja memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Di sisi lain, ganja ganja bisa meningkatkan risiko penyakit yang melemahkan kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS. Menurunnya imunitas bisa membuat tubuh semakin sulit melawan infeksi. Alhasil, pemakai tanaman psikotropika ini rentan tertular penyakit maupun sulit sembuh dari suatu penyakit.
Menghambat Fungsi Otak
Terlalu lama menggunakan ganja dapat menyebabkan terhambatnya fungsi otak. Efek ganja juga dapat memengaruhi perkembangan otak pada remaja, mulai dari hilangnya fokus, berkurangnya kemampuan mengingat, dan terganggunya konsentrasi belajar.
Hal tersebut efek ganja pada otak dapat bersifat permanen, sehingga remaja yang menggunakan ganja sejak masa sekolah, akan terganggu prestasi akademisnya dan tentu kualitas hidupnya. Menurut penelitian, struktur otak yang bisa mengalami perubahan akibat psikotropika ini, yaitu hippocampus, prefrontal cortex (PFC), dan serebellum. Dampaknya mencakup penurunan fungsi kognitif, defisit dalam pembelajaran verbal, penurunan daya ingat (memori).
Masalah Sistem Peredaran Darah
Setelah mengisap ganja, detak jantung akan meningkat hingga 20–50 denyut per menit. Efek ini bahkan bisa menetap sampai tiga jam lamanya. Tentunya, hal ini bisa membahayakan bagi penderita penyakit jantung, sebab detak jantung yang lebih cepat ini bisa meningkatkan risiko terkena serangan jantung. Selain itu, ganja juga menyebabkan tekanan darah naik dan membuat mata menjadi merah karena pembuluh darah melebar.
Menghambat Pertumbuhan Janin dan Bayi
Sama halnya rokok, mengisap ganja selama kehamilan juga memengaruhi perkembangan pada otak janin. Ibu hamil yang menggunakan ganja berisiko tinggi bisa memperlambat pertumbuhan janin, menyebabkan cacat lahir, meningkatkan risiko kelahiran prematur dan meningkatkan risiko leukimia pada janin.
Selain itu, mencampurkan ganja dan tembakau diduga meningkatkan risiko bayi lahir prematur atau dengan berat lahir rendah. Bagi ibu menyusui, ganja dapat membuat zat kimia yang disebut tetrahydrocannabinol (THC) ) masuk ke dalam ASI dan menghambat pertumbuhan bayi. Bahan kimia ini bisa bertahan di dalam ASI selama lebih dari 6 minggu, bahkan setelah penggunaan ganja dihentikan. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan bayi.
Nah, itulah dampak buruk bagi Anda yang mengonsumi tanaman ganja. Apalagi salah satu dampak buruknya bisa menghambat pertumbuhan pada janin dan bayi. Sebaiknya, jangan pernah mencoba tanaman ini. Sebab, tanaman ganja umumnya mudah membuat seseorang kecanduan hingga sulit terlepas darinya. Jika Anda memiliki gangguan kesehatan terkait penggunaan narkoba, termasuk akibat efek ganja, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran dan penanganan yang tepat.
Editor : M Mahfud