JAKARTA, iNew.id - Mandiri Investasi akan meluncurkan delapan produk reksadana baru yang terbagi ke dalam berbagai kelas asset.
Pada kelas aset Pasar Uang, Mandiri Investasi akan merilis produk Reksa Dana Pasar Uang USD. Kemudian dari Saham Offshore akan dirilis Reksa Dana Asian Equity USD.|
Kemudian, untuk kelas asset indeks, sedang dipersiapkan produk Reksa Dana Index FTSE, bertema Environmental, Social & Corporate Governance (ESG), yaitu investasi yang fokus ke sektor industri berkelanjutan.
Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi Aliyahdin Saugi mengatakan Mandiri Investasi selaku perusahaan manajer investasi bagian dari Bank Mandiri Group optimistis sepanjang tahun ini mampu meraih dana kelolaan investasi sebesar Rp65,7 triliun.
Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp1 triliun, dari total dana investasi yang dikelola perusahaan pada tahun lalu, sebesar Rp64,7 triliun.
“Peluncuran produk reksa dana baru tersebut, bertujuan memberikan solusi investasi yang inovatif, mengingat kebutuhan nasabah yang terus berubah, sekaligus menambah varian produk yang sudah ada di Mandiri Investasi,” kata Aliyahdin Saugi yang kerap dipanggil Adi, pada acara Mandiri Investasi Market Outlook 2022, Kamis (24/3/2022).
PT Mandiri Manajemen Investasi (Mandiri Investasi), selaku perusahaan manajer investasi bagian dari Bank Mandiri Group, kata Adi, optimistis sepanjang tahun ini mampu meraih dana kelolaan investasi sebesar Rp 65,7 triliun.
Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp 1 triliun, dari total dana investasi yang dikelola perusahaan pada tahun lalu, sebesar Rp 64,7 triliun.
Peluncuran berbagai produk investasi tersebut, kata Adi, telah melalui proses riset dan analisa, terhadap kinerja berbagai instrumen investasi serta pola investasi nasabah.
Berdasarkan proyeksi perusahaan, proporsi investasi dari investor individu tahun ini didominasi oleh reksa dana Open End. Sementara, investor institusi lebih bersikap konservatif, dengan proporsi 50:50.
Adi optimistis, seluruh produk investasi baru tersebut akan mendapat sambutan positif, baik dari investor institusi maupun individu. Salah satu indikatornya adalah, adanya peningkatan dana kelolaan dari investor dalam negeri dan investor asing khususnya asal Singapura ke pasar investasi Indonesia.
Tahun ini, investor dari Singapura yang hendak berinvestasi melalui Mandiri Investment Management Singapore (MIMS) diperkirakan meningkat, mencapai 16% dari portfolio investasi Mandiri Investasi secara konsolidasi. Sejumlah produk reksa dana baru itu melengkapi berbagai produk investasi yang ada.
Strategi investasi yang dilakukan perusahaan selama ini terbukti memberikan imbal hasil investasi optimal kepada nasabah. Mandiri Investasi fokus kepada kelas asset yang memberikan imbal hasil berkelanjutan serta menitikberatkan ke sektor industri yang peduli terhadap lingkungan, kemajuan sosial dan memiliki corporate governance berstandar tinggi.
Mandiri Investasi juga memiliki kapabilitas mumpuni dalam melakukan diversifikasi portofolio nasabah, untuk mendapatkan imbal hasil optimal.
Terkait kondisi ekonomi dan investasi di Indonesia pada tahun ini, Adi meyakini masih memiliki potensi bertumbuh yang cukup baik kendati kondisi ekonomi dan politik global berada dalam tekanan imbas dari ketegangan geopolitik global yang meningkat akibat invasi Rusia ke Ukraina.
“Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi indikator masuknya investasi asing ke pasar modal, pekan lalu sempat menyentuh level psikologis di 7.000. Hal itu menunjukkan bahwa upaya pemerintah dan stakeholder lainnya dalam memulihkan kondisi perekonomian dan investasi Indonesia, dinilai positif oleh investor asing,” ungkapnya.
Trend positif tersebut tak lepas dari keberhasilan Pemerintah menangani pandemi Covid-19 dengan pelaksanaan vaksinasi secara massif dan pengelolaan pola pergerakan masyarakat. Termasuk di dalamnya adalah keberhasilan Pemerintah dalam menangani dampak pandemi dengan berbagai macam stimulus dan kebijakan yang tepat sasaran.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin menyatakan bahwa program pemulihan ekonomi nasional yang dilakukan pemerintah untuk melindungi masyarakat dan memulihkan ekonomi dari dampak negatif Covid-19, dinilai telah berjalan efektif.
Perekonomian Indonesia sudah mulai bergerak, merujuk pada pertumbuhan ekonomi 2021 yang mencapai 5,02%. Kendati demikian, selama pandemi masih ada, maka ketidakpastian pada pemulihan ekonomi juga masih tinggi.
Oleh karena itu, dibutuhkan kewaspadaan dan disiplin terhadap pelaksanaan prosedur kesehatan tetap harus dipatuhi. Agar pandemi dapat dikendalikan dan dapat berubah menjadi endemi.
“Transisi dari pandemi menjadi endemi, diharapkan dapat menggiatkan sektor ekonomi dari hulu ke hilir. Pemulihan ekonomi nasional adalah tugas kita bersama, membutuhkan sinergi berbagai pihak, demi mewujudkan ekonomi yang terus tumbuh,” ucap Budi.
Komisaris Utama Bank Mandiri Chatib Basri, yang menjadi salah satu pembicara, turut menyatakan bahwa dengan penanganan covid-19 yang berjalan baik, maka pada semester kedua tahun ini diharapkan ekonomi akan mulai membaik. Namun, dampak dari perang Rusia vs Ukraina agar dapat disikapi hati-hati oleh pemerintah.
Managing Partner Verdhana Sekuritas Heriyanto Irawan optimistis, kondisi perekonomian Indonesia memiliki peluang besar untuk tumbuh secara signifikan. Kuncinya adalah transformasi yang dilakukan pemerintah, salah satunya dengan melakukan hilirisasi mineral.
Hal itu terbukti memberikan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan negara dari ekspor mineral yang telah diolah lebih lanjut, ketimbang mengekspor raw material. Peningkatan devisa dari ekspor komoditas itu membuat rupiah stabil, dan dapat membiayai pembangunan.
Editor : Mohamad Hidayat