Asosiasi Genomik Indonesia Dorong Pengembangan dan Kemajuan Penerapan Teknologi Ilmu Genomik

Tim iNews
DR. dr. Ivan Rizal Sini, GDRM MMIS FRANCOG SpOG, Ketua Asosiasi Genomik Indonesia memberikan tanda mata pada Dr. Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt, M.Pharm, MARS, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI. Foto: Ist

Ilmu genomik telah menunjukan kelebihannya pada pandemic Covid-19 dengan memberikan alat diagnosis yang cepat dan akurat, pengobatan yang tepat (presisi), dan efektif hingga pengembangan vaksin berbasis mRNA.

Indonesia yang memiliki keragaman etnis paling tinggi di dunia (Badan Pusat Statistik, 2010) mengakibatkan Indonesia dapat mengoptimalkan kelebihan ilmu genomik untuk peningkatan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. 

Ilmu genomik dalam perkembangannya juga memungkinkan untuk mempelajari keanekaragaman gen dari suatu populasi tanaman dan organisme lainnya.

Dengan tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia, penerapan ilmu genomik yang tepat dapat mengungkapkan kekayaan genetik biodiversitas di Indonesia.

Perkembangan ilmu genomik sendiri masih minim diketahui oleh masyarakat Indonesia.

Genomik merupakan studi tentang seluruh genome dari suatu organisme. Ilmu genomik memiliki fokus terhadap gen-gen yang dimiliki oleh makhluk hidup, baik itu tumbuhan, hewan ataupun manusia dan juga epigenetic.

Turut hadir dalam acara peresmian, Dr. Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt, M.Pharm, MARS, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI. 

Dalam sambutannya, beliau menyampaikan dukungan Kementerian Kesehatan pada Perkumpulan Asosiasi Genomik Indonesia.

"Hal ini sejalan dengan 6 pilar transformasi kesehatan yang dicanangkan pemerintah untuk tahun 2020-2024. Yaitu; Transformasi Layanan Primer, Transformasi Layanan Rujukan, Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan, Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan, Transformasi SDM Kesehatan, dan Transformasi Teknologi Kesehatan. Keenam pilar tersebut tidak dapat dipisahkan. Pilar keenam, Transformasi Teknologi Kesehatan adalah bagaimana menciptakan kedokteran presisi yaitu ketepatan diagnosis sehingga kontribusi terhadap pencegahan penyakit dan skrining penyakit lebih tinggi," ujar Dr. Lucia. 

Seperti apa yang Prof. dr. Herawati Sudoyo, M.S, Ph.D., Ketua Pengawas Asosiasi Genomik Indonesia yang juga salah satu inisiator AGI, contohkan.

"Sebagai penyakit kedua terbanyak setelah kanker, penyakit diabetes tidak hanya disebabkan oleh satu gen saja. Karena banyak penyertanya. Diabetes disertai kebutaan, diabetes disertai kelumpuhan, diabetes disertai gagal ginjal, dan ada pula diabetes disertai neuropati. Itu gennya tidak sama. Masing-masing ada bagian sub tipe gennya dan kita cari. Itu kita teliti. Jadi dengan ilmu genomik kita bisa berikan gambaran ini lho gen sub tipe diabetes kebutaan, diabetes gagal ginjal, dan lainnya," pungkas Prof. Hera.

Editor : Novita Sari

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network