PANDEGLANG, iNewsCilegon.id- Ngupat dan Ngalepet adalah tradisi berbagi makanan sejak lama yang masih diwariskan hingga saat ini. Tradisi itu telah berlangsung sejak zaman Kesultanan Demak ketika memperluas pengaruhnya ke daerah barat pada abad 16.
Ngupat adalah tradisi makanan menggunakan ketupat, yaitu nasi yang dimasak dengan bungkus daun kelapa. Sedangkan Ngalepet adalah terbuat dari beras ketan dan kelapa dengan toping kacang tunggak).
Jika di daerah lain, ngupat ramai pada hari Idul Fitri, di Pandeglang beda. Ngupat ramai pada hari ke-15 Ramadan. Para ibu di hampir setiap rumah disibukkan dengan kegiatan memasak ketupat.
Kupat dan lepet kemudian diarak ke masjid atau musholla menjelang buka puasa di tanggal 15 Ramadan.
Begitu kuatnya tradisi ngupat dan ngalepet, masyarakat Pandeglang yang tinggal di perantuan sering meminta kiriman kupat dan lepet dari keluarganya masing-masing.
“Ngupat dan ngalepet sudah mengjadi simbol hubungan keluarga, bukan sekedar makanan,” kata Zaenal Abidin Ketua Lembaga Kajian Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Pengurus Cabang Kabupaten Pandeglang.
Menurut Zainal banyak hal bisa hilang. Namun kerinduan akan kampung halaman tidak akan bisa hilang, bahkan semakin membuncah menyesakkan rongga dada.
“Obatnya ya kupat dan lepet ini,” cetus Zaenal Abidin.
Kesultanan Demak, Cirebon dan Banten
Kisah ngupat dan ngelepet tidak lepas dari Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon, dan Kesultanan Banten.
Pada abad 16, Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon yang dibantu pasukan Demak menduduki pelabuhan Banten dan mendirikan Kesultanan Banten.
Pada masa inilah, bulan suci Ramadan dirayakan. Salah satunya dengan membagi-bagikan ketupat.
Momen membagikan dan menikmati ketupat pada malam tanggal 15 Ramadan, dikenal sebagai Qunutan. Ini merupakan bentuk rasa syukur umat Islam karena berhasil menjalani separuh Ramadan.
Ketupat dan Lepet yang sudah matang dibawa ke Mushala/Masjid terdekat menjelang magrib.
Lalu setelah warga menunaikan buka puasa di rumah masing-masing dan kembali ke mushala untuk shalat magrib berjemaah disertai tahlilan usai shalat.
Baru lah ketupat dan lepet tersebut dibagikan kepada jemaah secara acak agar mereka dapat saling mencicipi masakan buatan tetangga.
Dalam momen tersebut, ketupat dan lepet dilengkapi sayur labu, dan rendang daging.
Rezeki pedagang ketupat
Tidak semua orang kini sempat memasak ketupat sendiri. Mereka membelinya dari pedagang ketupat di momen Qunutan.
Lina (46) , salah satu pedagang Ketupat dan Lepet menuturkan di momen Qunutan Ramadan tahun 2022 ini penjualannya laris manis. Ia menjual ketupat dan lepet seharga Rp1.000 per buah.
Doa tolak bala
Qunutan terkait juga dengan salat tarawih membaca doa qunut yang diyakini untuk menolak bala (musibah). Sebab, 15 hari terakhir bulan Ramadan akan banyak sekali godaan yang dialami oleh umat Islam dalam berpuasa.
Harapannya umat Islam tetap kuat dalam beribadah puasa meskipun berat dan banyak godaan.
Qunutan juga menandakan masuknya malam Lailatul Qadar atau malam penting bagi umat Islam di bulan Ramadan. Tak hanya itu, qunutan merupakan pengingat perpindahan bacaan surat dari Surah At-Takasur ke Surah Al-Qadr, pada salat tarawih.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait