PANDEGLANG, iNewsCilegon.id - Ancaman gempa megathrust di Selat Sunda semakin nyata jika dilihat dari riwayat Banten yang pernah diguncang gempa berkekuatan 6,6 magnitudo di awal tahun 2022.
Adapun riwayat tsunami pada 2018 silam yang menewaskan lebih dari 400 korban jiwa, membuat pemerintah lebih gencar untuk melakukan mitigasi bencana untuk menghadapi kemungkinan gempa megathrust maupun tsunami yang akan terjadi.
Berdasarkan letak geografisnya, Provinsi Banten menjadi wilayah yang mendapat ancaman adanya potensi gempa megathrust Selat Sunda.
Dilansir iNewsCilegon.id dari kanal YouTube tvOneNews, pada Sabtu (24/12/2022), Bupati Pandeglang Irna Narulita mengatakan, bahwa terkait ancaman bencana megathtust di selat sunda perlu ada regulasi dari pemerintah.
“Sebagian rumah warga kami 35%-40% nya ngga pakai sub, ngga pakai tulang gitu ya, Tapi kami ingin menyelamatkan. Yang menjadi pusatnya patahan lempengan megathrust itu ada di Kecamatan Sumur,” ujar Irna.
Irna mengungkap, masih banyak warga yang tinggal pada zona merah di bibir pantai, dengan jumlah 1.127 rumah atau KK.
“Mereka sekarang tinggalnya dekat dengan pantai. Jadi saat kami ingin menyelamatkan mereka, ada 1.127 rumah atau KK yang tinggalnya di bibir pantai yang zona merah, jadi kalau ada tsunami 20-30 meter habis mereka,” kata Irna.
Irna menuturkan, Pemerintah daerah telah menyiapkan rambu-rambu, tanda jalur evakuasi dan menentukan titik kumpul jika terjadi bencana.
Namun, hal itu dibantah oleh warga. Menurut salah satu warga yang enggan disebut namanya mengaku, bahwa belum ada jalur evakuasi dari pemerintah. Ia bahkan mengatakan, jika terjadi gempa maka warga mencari jalur evakuasi sendiri.
"Nyari jalan sendiri, ke sawah aja,” kata salah satu warga.
“Jalan pemerintah gimana? Ngga ada. Nggrusuk-nggrusuk sama rumput-rumput,” lanjutnya.
Editor : M Mahfud