Senada dengan Luna, pemeran film Mantra Surugana lainnya yaitu Fergie Brittany yang berperan sebagai Asta, juga bercerita kalau dulu ia sempat berganti nama panggilan karena sering sakit-sakitan. “Aku dulu kan nama panggilannya Fergie, terus ada yang saranin aku ganti nama panggilan dengan Brittany saja. Sejak ganti nama panggilan, aku pun sudah tidak sakit-sakitan lagi,” aku Brittany.
Untuk informasi, film Mantra Surugana, mengangkat Mantra Sunda dalam tradisi naskah lama. Ekspresi Mantra diucapkan dalam bahasa Sunda kuno yang digunakan 5 abad silam. Mantra Sunda dipandang sebagai dokumen dan kearifan lokal budaya Sunda. Pengamal Mantra atau orang yang mengucapkan dan mengamalkan Mantra tersebut menjadi suatu tujuan tertentu, beranggapan bahwa membaca Mantra sama dengan membaca Doa.
Pada dasarnya, Mantra adalah ekspresi doa, yang digunakan untuk suatu tujuan baik. Teks-teks Sunda klasik menyiratkan bahwa umumnya Mantra digunakan untuk kebaikan, kesejahteraan, kesuburan, dan kedamaian.
Mantra digunakan untuk menolak bala dan mara bahaya dalam upacara ruwatan. Sejak zaman Sunda kuno, laku ruwatan telah dilakukan untuk membersihkan lahan dari pengaruh buruk makhluk-makhluk jahat dan pengganggu, antara lain Udubasu, Kalabuat, Pulunggana, dan Surugana. Tapi ada juga yang menggunakannya untuk tujuan jahat untuk mencelakakan manusia.
Seiring berkembangnya kebudayaan Sunda, Mantra bertransformasi dalam setiap zaman dan tetap eksis hingga saat ini di tengah masyarakat Sunda. Rajah, jangjawokan, asihan, adalah sebagian bentuk lain dari ungkapan Mantra yang mengikuti konteks penyesuaian zaman dan penggunaannya di masyarakat. Antara lain dalam bentuk ungkapan bahasa, istilah, dan unsur kesakralannya. Namun selalu ada benang merah yang terbentang dari masa lalu hingga masa kini.
Kajian struktur dan makna Mantra telah mampu menguak eksistensi dan fungsi Mantra dalam upaya mengungkap baik dan buruknya penggunaan Mantra. Mantra layak disikapi secara bijak agar Pengamal dan masyarakat awam dapat hidup berdampingan, selaras dan harmonis “MANTRA MENJADI BAGIAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA”.
Naskah-naskah Sunda Buhun ‘Kuno’ termasuk salah satu unsur budaya yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang melahirkan dan mendukungnya, yang tertulis pada daun gebang, lontar, gebang, bilahan bambu, dan kulit kayu (daluang). Secara umum isinya mengungkapkan peristiwa masa lampau yang menyiratkan aspek kehidupan masyarakat, terutama aspek sosial dan budaya.
Editor : Novita Sari