BANTEN, iNews.id - Dalam sejarahnya Gunung Krakatau diketahui meletus besar pada 416 SM yang menyebabkan tsunami dan pembentukan kaldera, (Judd, 1889).
Dikutip dari vsi.esdm.go.id, kegiatan vulkanik tersebut berhenti pada tahun 1681. Komplek Krakatau terdiri dari empat pulau, Rakata, Sertung, Panjang, dan Anak Krakatau.
Ketiga pulau pertama adalah sisa pembentukan kaldera, sedangkan Anak Krakatau tumbuh mulai 20 Januari 1930.
Setelah beristirahat 200 tahun, Gunung Krakatau kembali memperlihatkan kegiatannya yang diawali dari beberapa letusan Gunung Danan, dan Gunung Perbuatan.
Pada 20 Mei 1883 letusan Gunung Perbuatan berkomposisi basaltis mengawali letusan paroksismal. Letusan paroksismal terjadi pada Minggu 27 Agustus 1883 pada pukul 04.00-06.41 dan 10.00 waktu setempat.
Suara letusan terdengar sejauh 4.500 km, tinggi asap 80 km, energi yang dikeluarkan 1 X 1025 erg. Tsunami terjadi 30 menit setelah letusan kataklismik dengan tinggi gelombang 30 m di pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung.
Tsunami akibat letusan Gunung Krakatau menghancurkan 297 kecamatan dan menewaskan 36.417 jiwa.
Diperkirakan 2.000 orang tewas di Sumatera bagian selatan oleh abu panas dan terdapat bukti nyata bahwa piroklastik mencapai jarak tersebut. 3.150 jiwa tewas diarah piroklastik ini, pada pulau-pulau antara Krakatau dan Sumatera.
Editor : Mumpuni Malika