Sejarah Geger Cilegon (2): Serangan di Pagi Buta pada 9 Juli 1888

CILEGON, iNews Cilegon.id – Peristiwa Pemberontakan Geger Cilegon menjadi salah satu perisitwa penting akan keberanian dan patriotisme warga Cilegon menghadapi penjajah Belanda pada tahun 1888.
iNews Cilegon menulis serial Perang Cilegon atau juga dikenal sebagai Geger Cilegon. Tulisan ini bersumber dari buku Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Prof Dr Sartono Kartodirjo, guru besar sejarah Universitas Gadjah Mada.
Sebelum pemberontakan meletus, Haji Wasid mengadakan kontak yang inten dengan Haji Tubagus Ismail dan pemimpin pemberontak lainnya.
Mereka memutuskan bahwa waktu yang tepat untuk bertindak adalah pada 9 Juli 1888. Rencananya adalah setelah menyerang Belanda di Cilegon, para pejuang Cilegon akan menyerang Serang yang menjadi pusat residen Belanda di Banten.
Setelah mengadakan pertemuan terakhir dengan Haji Tubagus Ismail dan Haji Iskak di Saneja, tokoh utama pejuang yakni Haji Wasid segera berangkat ke arah utara ke Bojonegoro,.
Haji Wasid melakukan persiapan terakhir untuk untuk menyerang Cilegon, pusat pemerintahan Afdeling Belanda di Anyer. Cilegon menjadi tempat tinggal pejabat pamong praja Belanda dan Pribumi, asisten residen, kontrolir muda, patih, wedana, jaksa, asisten wedana, ajun kolektor, kepala penjualan garam, dan pejabat kolonial lainnya.
Pada Minggu malam, 8 Juli 1888, Haji Tubagus Ismail memimpin sejumlah besar pasukannya yang berasal dari Arjawinangun, Gulacir, dan Cibeber, dan Saneja.
Para pejuang bergerak menuju tempat pada pejabat Cilegon. Rumah Dumas, seorang juru tulis di kantor asisten residen menjadi sasaran pertama karena dilewati para pejuang dari Saneja menuju Cilegon.
Dumas juga bekerja sebagai juru tulis di pengadilan distrik, institusi yang tidak disenangi dan dibenci rakyat.
Para pejuang tiba di rumah Dumas pada pukul 02.00 dini hari pada Senin, 9 Juli 1888. Para pejuang membangunkan Dumas dan keluarganya dengan meminta dibukakan pintu.
Dumas yang ingin mengetahui apa yang terjadi segera membuka pintu. Begitu pintu dibuka, 4 pejuang menyerbu ke dalam rumah sambil berteriak Sabil Allah.
Dumas kabur ke belakang dan bersembunyi di rumah tetangganya, seorang jaksa. Demikian juga istri, anak dan pembantunya kabur dan bersembunyi di rumah tetangga lainnya, seorang ajun kolektor.
Kegaduhan tersebut membangunkan tetangganya, seorang jaksa dan ajun kolektor. Dumas kemudian masuk ke rumah jaksa.
Para pejuang mengabrak-abrik rumah Dumas. Tak menemukan sasaran, para pejuang mengepung rumah jaksa setelah mengetahui Dumas kabur ke rumah tersebut.
Para pejuang berteriak-teriak agar jaksa menyerahkan Dumas. Karena tidak ada jawaban, para pejuang memukul-mukul pintu rumah jaksa dan menusuk dinding rumah dengan tombak.
Namun para pejuang kemudian meninggalkan rumah Dumas dan jaksa. Waktu yang mepet dalam serangan fajar, mengharuskan mereka segera menuju ke pusat Kota Cilegon.
Sementara di waktu yang sama, kumpulan pejuang lainnya di bagian tenggara Cilegon bergerak menuju kepatihan. Patih termasuk orang yang menjadi sasaran para pejuang Geger Cilegon.
Patih salah satu orang yang tidak populer di kalangan rakyat dan para kiai. Patih dinilai sinis pada agama dan menerapkan kebijakan yang keras. (Bersambung ke bagian 3)
Editor : M Mahfud