YOGYAKARTA, iNews.id - Secara umum makanan khas Indonesia Tempe terbuat dari fermentasi kedelai. Tapi, bagi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bahan baku pembuatan Tempe tidak melulu dari kacang kedelai. Tempe bisa dibuat dari biji karet.
Bersinergi dengan Kementerian Sosial RI, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi serta Kementerian Agama, mahasiswa UNY mengedukasi warga cara pembuatan tempe dari biji karet.
Mereka adalah Tegar Ristianto dan Alifah Nur Aqrimah prodi Pendidikan Sejarah, Aji Nur Wijaksono prodi Pendidikan Fisika. Mereka ditempatkan di Desa Babat, Kecamatan Penukal, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan.
Alifah Nur Aqrimah mengatakan tempe adalah makanan yang akrab dengan keseharian masyarakat. Biji karet mengandung 31,6 persen karbohidrat, 15,6 persen protein, 40,9 persen lemak, dan sisanya adalah minerak dan asam sianida.
Oleh karena itu, kata Alifah, asam sianida ini harus dihilangkan dengan cara perendaman selama 24 jam dan perebusan selama 90 menit.
Asam sianida mempunyai sifat mudah larut dan mudah menguap sehingga saat perendaman akan terbuang bersama air. Sedangkan proses perebusan zat linamerase dan asam sianida akan terakumulasi.
“Tempe dari biji karet lebih lembut daripada tempe kedelai, tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan selama dua minggu di dalam lemari es,” terang Alifah dikutip dari uny.ac.id, Jumat (18/3/2022)
Pembuatan tempe biji karet, kata Aji Nur Wijaksono, diawali dengan menyiapkan 1 kg biji karet yang sudah dicuci bersih.
Kemudian, biji karet dibuang kulitnya dengan cara memecahkannya. Setelah terpisah ari kulitnya, daging biji direndam selama 1×24 jam.
"Setelah direndam, kemudian rebus selama satu jam. Tiriskan dan biarkan hingga dingin, setelah dingin air rebusan dan bakal daun yang terdapat dalam biji dibuang," terang Aji.
Selanjutnya, Rendam kembali biji karet selama 3×24 jam, lalu cuci dan dikukus selama kurang lebih 30 menit. Setelah dikukus, air yang tersisa di dalam panci dibuang, kemudian biji karet dipindahkan ke tampah dan diratakan tipis-tipis.
Biarkan dingin sampai permukaan keping karet kering dan airnya menetes habis. Setelah dingin, taburkan ragi tempe (rhizopus oryzae) sebanyak 2 gram sambil diaduk-aduk sampai rata.
Aji mengatakan penambahan ragi bertujuan mempercepat atau merangsang pertumbuhan jamur. Tahap peragian (fermentasi) adalah tahap penentu keberhasilan dalam membuat tempe. Selanjutnya, tempe dikemas sesuai dengan selera, dapat menggunakan plastik ataupun daun pisang.
Plastik atau daun pisang yang telah berisi biji karet dilubangi dengan menggunakan jarum yang terbuat dari kayu ukuran kecil kira-kira 8-10 lubang untuk setiap sisi atas dan sisi bawah. Tempe disimpan di tempat yang tidak tertutup.
"Untuk menghindari pembusukan pada tempe karena suhu yang terlalu panas, usahakan di tempat yang terjadi sirkulasi udara. Tempe didiamkan kurang lebih selama 2×24 jam. Setelah itu tempe siap diolah menjadi makanan yang lezat dan bergizi tinggi," kata Aji.
Terpisah, Kepala Desa Babat Arie Meidiansyah mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa Program Pejuang Muda Kementerian Sosial yang sudah berkenan menyelenggarakan kegiatan yang positif bagi masyarakat Desa Babat.
“Saya berharap kepada masyarakat yang hadir untuk mengambil ilmunya dan menyampaikan kepada sanak saudara atau tetangga sehingga dapat memanfaatkan potensi biji karet di Desa Babat menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual untuk menambah penghasilan keluarga” kata Arie.
Salah satu warga, Agus, menyampaikan rasa senang dan antusiasnya selama pelaksanaan kegiatan sosialiasi. Menurutnya informasi yang disampaikan sudah sangat jelas dan memberikan informasi baru serta berharap semoga masyarakat Desa Babat tergerak untuk belajar lebih mendalam proses pemanfaatan biji karet menjadi tempe.
Sementara itu, Tegar Ristianto mengatakan kegiatan ini diadakan karena prihatin pada kondisi masyarakat yang belum memiliki pekerjaan sampingan setelah menyadap karet dan banyaknya biji karet yang belum dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan pangan.
“Biji karet yang jatuh dari pohon hanya dibiarkan begitu saja dan hanya sebagian yang digunakan sebagai bibit oleh petani," kata Tegar.
Editor : Mohamad Hidayat