Sejarah Geger Cilegon (3): Para Pejuang Berkumpul di Pasar Jombang Wetan dan Menyerbu Pusat Kota

CILEGON, iNews Cilegon.id – Para pejuang Geger Cilegon datang dari segala arah dan berkumpul di gardu di Pasar Jombang Wetan. Mereka menyerbu ke pusat kota dan melakukan penghancuran sepanjang hari.
iNews Cilegon menulis serial Perang Cilegon atau juga dikenal sebagai Geger Cilegon. Tulisan ini bersumber dari buku Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Prof Dr Sartono Kartodirjo, guru besar sejarah Universitas Gadjah Mada.
Setibanya di kepatihan, kaum pejuang diberi tahu bahwa patih tidak ada di rumah karena sedang di Kota Serang. Kaum pejuang lalu meninggalkan tempat itu. Muncul desas-desus bahwa patih sudah tahu jiwanya terancam pemberontakan akibat ketidaksenangan rakyat kepadanya yang semakin membesar.
Serangan ke rumah Dumas oleh para pejuang seperti ditulis di serial Sejarah Geger Cilegon bagian 2, kemudian menyebar ke pihak Belanda. Opas jaksa bernama Johar menyampaikan kabar itu kepada opas wedana bernama Nuriman. Selanjutnya Nuriman menyampaikan kabar ke sang wedana bernama Gubbels.
Nuriman juga pergi ke penjara untuk meminta bantuan para penjaga penjara. Segera 2 penjaga penjara bersama Nuriman menuju rumah Dumas. Di tengah jalan, ketiganya bertemu para pejuang. Kalah jumlah, Nuriman bersama 2 penjaga penjara lari menyelamatkan diri.
Informasi pemberontakan membuat wedana, menjelang waktu fajar, mengutus kurir ke Anyer dan Kota Serang untuk memberikan informasi ke Residen Belanda di Kota Serang.
Di sisi lain, para pejuang di bawah pimpinan Kiai Haji Tubagus Ismail dan Haji Usman dari Arjawinangun sedang menuju gardu di Pasar Jombang Wetan. Sebagian muka mereka ditutupi kain putih. Para pejuang terus berdatangan dari segala arah ke tempat tersebut.
Dari arah utara, para pejuang dipimpin oleh Haji Wasid, Kiai Haji Usman dari Tunggak, Haji Abdulgani dari Beji, dan Haji Nasiman dari Kaligundu. Orang-orang terus berdatangan yang akhirnya jumlahnya menjadi sangat besar.
Pemimpin utama pejuang adalah Haji Wasid. Atas perintahnya, para pejuang akan menyerang kepatihan, dan sebagian lainnya akan bergerak menuju rumah asisten residen.
Pasukan ke-1 dipimpin Lurah Jasim, seorang Jaro Kajuruan. Pasukan ke-2 dipimpin Haji Abdulgani dari Beji dan Haji Usman dari Arjawinangun.
Sedangkan pasukan ke-3 atau pasukan terakhir dipimpin Kiai Haji Tubagus Ismail dan Haji Usman dari Tunggak.
Perintah untuk memulai serangan disambut kaum pejuang yang sudah berkobar-kobar dengan teriakan: Allahu Akbar!
Pekik perang bergemuruh dan bergema. Mereka kemudian bergerak ke pusat kota. Gardu di Pasar Jombang Wetan menjadi sepi, haji menyisakan Haji Wasid dan sejumlah kecil anak buahnya.
Di lain pihak, para pejabat pamong praja dan keluarganya dilanda ketakutan. Jaksa dan istrinya bersembunyi di rumah ajun kolektor. Sementara istri wedana Gubbels dan 2 orang opas bernama Sadik dan Mian berlindung di penjara.
Para pejuang kemudian tiba di sejumlah lokasi dan melakukan penghancuran sepanjang hari. Kekuatan pejuang berhadapan dengan kekuatan asing. Hampir semua pejabat terkemuka di Cilegon jatuh sebagai korban dari senjata kaum pejuang.
Selama pertumpahan darah dan penghancuran, Dumas merupakan korban pertama. Ia jatuh ke tangan Kiai Haji Tubagus Ismail, Kamidin dan lainnya di rumah seorang Cina, Tan Heng Kok.
Dumas memang salah satu orang Belanda yang dicari para pejuang. Informasi segera didapat bahwa Dumas melarikan diri dari rumah jaksa dan memasuki rumah orang Cina tersebut.
Kiai Tubagus Ismail dan para pejuang memasuki rumah tersebut. Tan Heng Kok diancam akan dibunuh, tetapi berhasil melarikan diri. Dumas sendiri terdengar melolong kesakitan dan meminta ampun. Sejumlah tembakan dari para pejuang mengakhiri hidup Dumas.
Mayat Dumas diseret keluar dan kemudian ditemukan di pinggir jalan menuju Bojonegoro. (Bersambung ke bagian 4)
Editor : M Mahfud