get app
inews
Aa Text
Read Next : Bukan Babi Ngepet, Ternyata Emak-emak Yang Curi Uang Tetangga Hingga Rp 39 Juta di Pandeglang

Sanghyang Sirah, Wisata untuk Peziarah di Ujung Kulon, Ada Batu Quran dan Kisah Khalifah Ali

Kamis, 09 Juni 2022 | 19:47 WIB
header img
Lokasi Sanghyang Sirah dipercaya merupakan kepalanya Pulau Jawa. Tempat ini sangat cocok untuk para peziarah karena diyakini menjadi tempat berkumpulnya para wali (Foto: Ist)

PANDEGLANG, iNewsCilegonSanghyang Sirah, tempat misterius yang cocok dikunjungi para peziarah. Terletak di Ujung Kulon, Shanghyang Sirah dipercaya warga setempat pernah dikunjungi Khalifah Ali sehingga terdapat Batu Quran.

Tak salah kalau Sanghyang Sirah diklaim sebagai kepalanya Pulau Jawa.  Ini karena letaknya di ujung Pulau Jawa, tepatnya di kawasan Ujung Kulon Pandeglang. Tak hanya sekadar nama yang menakjubkan, keindahan dan kisah di dalamnya akan membuat orang makin takjub.

Dalam hal kata sirah, bahasa Sunda dan bahasa Jawa kompak yang berarti kepala. Ini membuat Sanghyang Sirah makin melegenda sebagai kepalanya Pulau Jawa.

Abah Syargani,  salah seorang juru kunci menceritakan tentang makna sesungguhnya Sanghyang Sirah dan Ujung Kulon.

Ujung Kulon berarti ujungnya kula atau ujung aku, dan sirah berarti kepala atau pusatnya ilmu pengetahuan.

BACA JUGA:

Mengenal Syekh Asnawi Al Bantani, Murid Kesayangan Syekh Nawawi Al Bantani

“Maka wajar, Sanghyang Sirah menjadi tempat berkumpulnya para karuhun, yakni Wali Sanga. Ada juga Ibu Ratu Kidul, dan lain-lain,” kata Abah Syargani.

Sanghyang Sirah, memang dikisahkan sebagai tempat berkumpulnya para waliyullah.

Masyarakat di sekitar pesisir Ujung Kulon mendapatkan cerita turun temurun, bahwa lokasi tersebut tempat sahabat sekaligus menantu Rasulullah SAW yaitu Khalifah Ali Bin Abi Thalib bertemu dengan tokoh Sunda kala itu untuk menyerahkan Al-Qur’an sebagai pedoman menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Cerita ini kemudian diyakini menjadi penyebab adanya batu Qur’an di gua Shangyang Sirah tersebut.

Akses

Akses menuju ke Shangyang Sirah terbilang tak mudah. Wisatawan harus menempuh jalan kaki selama tiga jam dari Pos Cegog Taman Nasional Ujung Kulon.

Namun bagi pengunjung yang berkantong tebal, bisa ditempuh menggunakan perahu wisata dari Sumur menuju  Bagadur.

Dari Begadur, wisatawan tetap harus berjalan kaki sekitar 1 kilometer agar sampai di Sanghyang Sirah, melewati jalan setapak.


Pintu masuk gua di Shanghyang Sirah (Foto: Ist)

Dari sisi keindahan, Sanghyang Sirah menawarkan pemandangan eksotis. Begitu datang, wisatawan akan disambut debur ombak.

Hamparan pasir dan karang di sepanjang pesisi dipadu tebing-tebing yang menjulang tinggi. Sapuan mata akan memagut keindahan lautan biru bertiang karang.

Pantangan untuk para peziarah

Karena misterius dan penuh kisah legenda, Sanghyang Sirah menjadi tujuan cocok untuk para peziarah.

Sama seperti petilasan atau tempat yang dianggap keramat pada umumnya, di Sanghyang Sirah juga terdapat beberapa pantangan yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar oleh para peziarah.

Larangan itu di antaranya, pengunjung tidak boleh menjelajah sendiri tanpa ada izin dari kuncen (juru kunci), tidak boleh makan sambil berdiri atau sambil berjalan (mengharuskan makan dan minum dalam keadaan duduk), tidak boleh buang air besar maupun buang air kecil di sembarangan tempat, tidak berbicara kasar, tidak bercanda berlebihan, dan peziarah pun harus terus menerus bersalawat serta membaca doa agar terhindar dari gangguan makhluk gaib.

Di luar gua dekat pintu masuk, terdapat mata air saman yang dikeramatkan dan sering dipakai untuk air minum dan mandi. Konon dengan air minum dari mata air saman orang akan terbuka pikiran dan wawasan menyangkut jati diri dan mengerti tentang asal usul sebagai manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.

Dalam gua sendiri, penduduk setempat mempercayai di goa tersebut sampai sekarang ini masih digunakan sebagai tempat bersemedi atau bertapa.

Uniknya di  goa yang cukup besar dan terletak di bibir pantai Samudera Hindia ini juga dikenal sebagai salah satu penghasil sarang burung walet di daerah tersebut.

Bagi yang ingin datang ke goa tersebut harus mengikuti tata cara yang diperintah sang kuncen. Misalnya, sebelum masuk  ke dalam goa, setiap pengunjung diwajibkan mengambil wudhu terlebih dahulu di sebuah pancuran.

Sebuah pancuran kecil yang airnya berasal dari mata air pegunungan berada tak jauh dari mulut goa. Setelah itu pengunjung diajak masuk ke dalam goa, tetapi anehnya tidak boleh melalui pintu goa yang besar.

Para peziarah akan diajak melalui pintu yang sempit di bagian kiri goa. Karena sempitnya pintu itu, pengunjung harus masuk dengan cara memiringkan anggota badan.

Wah! ternyata Ujung Kulon tidak hanya terkenal sebagai habitat fauna yang langka Badak bercula satu, tapi juga tempat wisata penuh misteri.

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut