Masih dengan seragam polisi yang dikenakannya usai bertugas, Aipda Eko saat didatangi iNews Cilegon tengah menimbang 3 kantong kresek sampah anorganik yang dibawa Sutikno dan istrinya, nasabah Bank Sampah Berkah Bhayangkara.
Sampah anorganik ditimbang berdasarkan jenis yakni plastik, kardus, kertas, besi dan lainnya.
Setelah ditimbang, Aipda Eko menuliskan ke dalam buku induk. Data dicatat ulang ke buku tabungan. Dalam buku tabungan terdapat kolom nomor, tanggal, jumlah tabungan masuk dan keluar, saldo, paraf dan keterangan.
Dari catatan di buku tabungan, Sutikno sudah menyetor sampah sebanyak 6 kali. Total saldonya adalah Rp456 ribu.
“Ternyata lumayan juga, tak menyangka sampah bisa jadi duit,” kata Sutikno sambil tersenyum.
Tak lama kemudian datang Ketua RT 01 RW 02 Al Muksin dengan sepeda motor matik. Di bagian bagasi tengah, ia membawa 2 kantong berisi sampah anorganik.
Pak RT termasuk salah satu nasabah Bank Sampah Berkah Bhayangkara. Semenjak 9 bulan berdiri, 50 persen warga RT 01 Rw 02 sudah menjadi nasabah.
Selain di lingkup RT 01 RW 02, Bank Sampah Berkah Bhayangkara memiliki banyak nasabah di luar RT mereka.
Sampah tak hanya dari Kabupaten Serang. Sejumlah titik di Kota Serang dan Kota Cilegon juga mempercayakan pengelolaan sampah pada Bank Sampah Berkah Bhayangkara yang dikelola Aipda Eko Yulianto.
Untuk sampah dalam bentuk dokumen, sampah dihancurkan menggunakan mesin pencacah dokumen.
Kapasitas per bulan 3-7 ton
Dengan jumlah nasabah yang cukup banyak, Aipda Eko mengungkapkan tiap bulan mereka mengumpulkan 3-7 ton sampah anorganik.
Perputaran dana setiap bulan berkisar Rp15-25 juta. “Jumlah sampah bervariasi, untuk bulan September 2022 sebanyak 7 ton,” kata Aipda Eko.
Aipda Eko mengungkapkan mereka mendapat margin keuntungan10-20 persen. Margin tersebut digunakan untuk mengembangkan Bank Sampah Berkah Bhayangkara.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait