Umaroh tadi memang tengah berada di Vihara. Pada hari-hari libur ia kerap berdagang kopi dan mi instan di kawasan Vihara. Sebagai salah satu Vihara tertua di Indonesia, tiap hari terutama pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, kerap banyak warga dari berbagai daerah datang baik untuk beribadah atau sekadar melihat-lihat Vihara. Maka kopi dan mi instan dagangannya laku. Sehari ia setidaknya bisa mengumpulkan uang Rp50-150 ribu bersih.
“Vihara ini bagi kita sudah seperti milik masyarakat,” kata wanita berjilbab ini.
Umaroh, salah satu dari ratusan warga Pamarican, Kasemen Banten yang mengungsi di Vihara saat banjir besar Banten, Selasa lalu (06/03/2022)
Maka ketika ratusan masyarakat Pamarican yang mayoritas Muslim datang, pengurus Vihara dengan tangan terbuka mempersilakan warga menempati puluhan ruang di lantai dua. Sedangkan lantai 1 tidak ditempati karena khawatir terendam.
Kawasan Vihara sendiri, permukaan banjir sudah mencapai 1 meter.
“Kami menempati selama 2 hari 3 malam di sini, sambil menunggu air surut,” ungkap Umarah.
Umarah mengaku terdapat ratusan warga Pamarican yang mengungsi ke Vihara. “Saya menempati satu ruangan bersama lima keluarga lainnya,” tambahnya.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait