Hendrik Hubert Gubbels baru terbunuh pada 9 Juli 1888 sore saat kembali ke Cilegon.
“Rencana penyerangan orang-orang Belanda dan antek-anteknya di Serang adalah pagi tanggal 9 Juli 1888,” tutur Bambang Irawan.
Koordinasi untuk mengusir Belanda dari Banten sebelumnya sudah dilakukan termasuk di Serang. “Namun karena pasukan Cilegon tak kunjung tiba di Serang, orang-orang Serang kebingungan apakah jadi atau tidak. Kesepakatannya memang 9 Juli pagi,” jelas Bambang.
Akibat keterlambatan itu, rencana penaklukan Belanda secara mendadak tercium pusat pemerintahan Belanda di Batavia. Mereka pun mengirimkan bala bantuan untuk menyerbu Cilegon.
Peperangan pun berkecamuk selama berhari-hari.
Pasukan Cilegon dibawah kepemimpinan Kyai Wasyid dan Tubagus Ismail terdesak hingga melarikan diri ke Sumur Pandeglang. Tujuannya untuk menyeberang ke Lampung untuk menggalang perang lanjutan.
Di Sumur inilah, pasukan Cilegon di kepung dari laut dan darat.
“Terjadi perang habis-habisan pada 30 Juli 1888. Kyai Wasyid dan Tubagus Ismail dan para pejuang Cilegon terbunuh. 11 jasad dibawa Belanda kembali oleh Belanda ke Cilegon,” tambah Bambang Irawan.
Untuk mengenang perjuangan para leluhurnya inilah, digelar napak tilas.
“Biar generasi muda Cilegon dan Banten tahu perjuangan para leluhurnya untuk memerdekakan Banten kala itu,” lanjut Bambang Irawan.
Editor : M Mahfud