Kontroversi Perang Bubat: Dyah Pitalola atau Patih Gajah Mada Penyebabnya?

JAKARTA, iNewsDepok.id – Kontroversi sejarah selalu terjadi. Dalam Perang Bubat antara Kerajaan Pajajaran dengan Kerajaan Majapahit juga demikian. Ada yang berpendapat, Patih Gajah Mada sebagai penyebab dengan alasan ingin menaklukkan Pajajaran. Pendapat lain justru Dyah Pitaloka yang jadi penyebab.
Pendapat Putri Raja Pajajaran Dyah Pitaloka Citraresmi menjadi orang yang bersalah termuat dalam buku "Perang Bubat 1279 Saka : Membongkar Fakta Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahit" tulisan Sri Wintala Achmad.
Sri Wintala Achmad mendasarkan pada pada naskah kuno Carita Parahyangan.
“Manak deui Prebu Maharaja, lawasniya ratu tujuh tahun, kena kawaba ku kalawisaya, kabancana ku seuweu dimanten, ngaran Tohaaan. Mundut agung dipipanumbasna. Urang reya sangkan nu angkat ka Jawa, mumul nu lakian di Sunda. Pan prangrang di Majapahit”
Terlihat jelas dalam naskah Carita Parahyangan yang merupakan naskah asli Sunda menyalahkan Dyah Pitaloka Citraresmi sendiri ketimbang Mahapatih Amangkubhumi Gajah Mada.
Carita Parahyangan merupakan karya Pangeran Wangsakerta. Ia menegaskan bahwa timbulnya Perang Bubat, karena Dyah Pitaloka lebih memilih orang Jawa menjadi suaminya daripada orang Sunda. Padahal kala itu, beberapa pria dari Sunda dikabarkan hendak meminangnya.
Namun cerita ini berbeda dengan Kidung Sunda, Kidung Sundayana, dan Serat Pararaton yang menyalahkan Patih Gajah Mada.
Kontroversi memang selalu mengiringi sebuah sejarah. Bagaimana menurut Anda?
Editor : M Mahfud