CILEGON, iNewsCilegon.id - Ketika mengalami nyeri dada, kita biasanya membayangkan hal itu disebabkan serangan jantung. Memang, nyeri dada bisa menjadi tanda peringatan dari kondisi berbahaya tersebut.
Melansir laporan American Heart Association bahwa serangan jantung bisa terjadi ketika aliran darah yang membawa oksigen ke otot jantung berkurang atau tersumbat.
Angina pektoris, nyeri dada akibat serangan jantung. Nyeri akibat serangan jantung bisa bertahan lama jika tidak ditangani. Serangan jantung adalah salah satu gejala terpenting penyakit arteri koroner dan dapat memicu nyeri dada yang dikenal sebagai angina pektoris. Angina pektoris bisa terasa seperti tekanan dada dan biasanya terjadi saat kita sedang melakukan aktivitas fisik.
Selain di dada, nyeri ini bisa dirasakan pada beberapa area tubuh lainnya seperti bahu, lengan, leher, rahang, perut, dan punggung. Nyeri karena angina hampir mirip seperti heartburn, namun tidak berlangsung lama (hanya sekitar 10 menit). Jika kamu tiba-tiba merasakan nyeri dada, harap segera pergi ke dokter. Dokter dapat mendiagnosis apakah nyeri dada itu berhubungan dengan serangan jantung atau masalah lainnya.
Nyeri dada tidak selalu disebabkan oleh serangan jantung. Ada 5 kondisi ini bisa memicu nyeri dada, diantaranya:
1. Heartburn
Gejala refluks asam atau heartburn sering disalahartikan sebagai serangan jantung. Refluks gastroesofageal terjadi ketika isi lambung termasuk asam lambung yang membantu memecah makanan kembali ke kerongkongan. Asam lambung ini bisa menimbulkan sensasi terbakar di bagian belakang tulang dada.
Menurut Environmental Protection Agency (EPA), asam dari asam lambung memiliki skor 1 dalam skala pH (berada di antara asam baterai dan cuka). Jika kita sering mengalami refluks asam (dua kali dalam seminggu atau lebih), kemungkinan kita menderita gastroesophageal reflux disease atau juga disebut Gerd.
Tanpa penanganan yang tepat, Gerd dapat memicu asma, dada tersumbat, dan esofagus Barrett kerusakan pada esofagus atau kerongkongan akibat paparan asam lambung dalam jangka panjang. Esofagus Barrett meningkatkan risiko terkena jenis kanker yang langka.
2. Pleuritis
Pleuritis adalah peradangan pada pleura, lapisan tipis yang menutupi paru-paru. Tanda radang selaput dada adalah nyeri dada, terutama saat bernapas atau batuk. Sebagian besar penyakit tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri, kanker, TBC atau penyakit lainnya. Gejala lain yang mungkin terjadi adalah nyeri bahu dan punggung, batuk kering, sesak napas, demam, pusing, berkeringat, mual, serta nyeri sendi dan otot.
3. Kostokondritis
Kostokondritis merupakan peradangan pada tulang rawan yang menghubungkan tulang rusuk dengan tulang dada. Kondisi ini termasuk penyebab umum nyeri pada dinding dada dan biasanya tidak berbahaya. Namun, sebaiknya kamu tetap memeriksakan kostokondritis ke dokter.
Biasanya, penderita kostokondritis merasakan tekanan pada dinding dada. Area tersebut terasa lembut saat disentuh. Nyeri karena kostokondritis terkadang hilang dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Kamu bisa mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas untuk membantu mengatasi kondisi itu.
4. Herpes Zoster atau Cacar Ular
Virus penyebab cacar air tetap berada di dalam tubuh lama setelah bercak hilang. Pada orang dewasa, terutama yang berusia di atas 50 tahun, virus varicella-zoster dapat aktif kembali dan menyebabkan penyakit yang disebut herpes zoster atau herpes zoster.
Gejala pertama herpes zoster adalah gatal dan kulit terbakar. Cacar juga sering disalahartikan sebagai serangan jantung.
Dokter merekomendasikan obat antivirus pada pasien herpes zoster untuk mengurangi rasa sakit dan mempersingkat durasi gejala. Namun, jika munculnya ruam tidak muncul selama 72 jam, dokter akan meresepkan obat penghilang rasa sakit kepada pasien.
5. Cedera Tulang Rusuk
Penyebab nyeri dada kiri adalah cedera pada tulang rusuk yang bisa berupa robekan, patah tulang, atau memar. Selain nyeri dada, cedera tulang rusuk juga bisa menyebabkan nyeri hebat saat bernapas atau batuk.
Nah, itulah 5 penyebab nyeri dada yang bukan serangan jantung. Segera kunjungi rumah sakit terdekat untuk mengetahui penyebabnya sekaligus mendapatkan perawatan secara tepat.
Editor : M Mahfud