Logo Network
Network

Mengenal Syekh Asnawi Al Bantani, Murid Kesayangan Syekh Nawawi Al Bantani

Ila Nurlaila Sari
.
Selasa, 05 April 2022 | 11:26 WIB
Mengenal Syekh Asnawi Al Bantani, Murid Kesayangan Syekh Nawawi Al Bantani
Syekh Asnawi Al Bantani (1850-1937), murid kesayangan Syekh Nawawi Al Bantani. Makam Syekh Asnawi terlatak di Caringin, Labuan Banten yang tak pernah sepi peziarah (Foto: Ist)

LABUAN, iNewsCilegon.id - Banten melahirkan ulama kaliber internasional, Syekh Nawawi Al Bantani. Imam Besar Masjidil Haram ini melahirkan murid yang menjadi ulama besar tanah air seperti Syekh Hasyim Asy'ari pendiri NU dan Syekh Asnawi Al Bantani.

Keduanya berguru langsung ke Syekh Nawawi Al Bantani di Mekah.

Sekembali ke tanah air Syekh Hasyim Asy'ari berdakwah di Jawa Timur. Sedangkan Syekh Asnawi kembali ke tanah kelahirannya di Banten.

Syekh Asnawi lahir tahun 1850 dari keluarga religius. Ayahnya adalah Syekh Abdurahman bin Syekh Afifuddin. Sedangkan  ibunya, Ratu Sabi’ah juga dari kalangan keluarga agamis.

Lingkungan tersebut membuat Syeh Asnawi tumbuh menjadi sosok yang gemar belajar ilmu agama bahkan sampai ke Mekah, Arab Saudi.

Pendidikan

Sejak usia 9 tahun sang ayah mengirim Syekh Asnawi ke Makkah untuk belajar ilmu agama ke Syekh Nawawi Al Bantani yang kala itu menjadi imam Masjidil Haram.

Karena kepandaian Syekh Asnawi yang menonjol dan juga karena sama-sama dari Banten, Syekh Nawawi memberikan perhatian lebih dengan mengajarkan banyak ilmu kepadanya.

Hingga suatu saat dirasa cukup, maka Syekh Asnawi kembali ke tanah kelahirannya di Labuan, Banten, sekitar tahun 1870.

Kepandaiannya berdakwah membuat dalam waktu singkat Syekh Asnawi memiliki banyak murid. Syekh Asnawi menjelma menjadi ulama terkenal dan berpengaruh.

Ulama pejuang

Syekh Asnawi adalah ulama pejuang dalam melawan Belanda. Ia memimpin perang pada tahun 1926.

Syekh Asnawi ditangkap dan  dipenjara di Tanah Abang, Jakarta. Selanjutnya Syekh Asnawi diasingkan ke Cianjur.

Anaknya KH Mohammad Hadi dan menantunya KH Akhmad Khatib turut ditangkap dan diasingkan ke Digul Hulu Papua.

Pada tahun 1931, Syekh Asnawi dibebaskan. Ia kembali ke Caringin Labuan dan wafat pada tahun 1937.

Syekh Asnawi dimakamkan di Caringin. Lokasi pemakaman membuat banyak orang menyebutkan sebagai Syekh Asnawi Caringin. Makamnya hingga kini tak pernah sepi dari para peziarah.

Ziarah ke Makam Syeh Asnawi Al Bantani

Menuju makam Syekh Asnawi bukan hal sulit. Banyak orang Labuan dan Banten yang mengenal makam ulama legendaris Banten ini.

Jika sudah sampai di Kawasan Makam di Caringin, peziarah tidak perlu khawatir mengenai biaya ziarah.

Saat masuk hanya dikenakan biaya parkir saja, untuk mobil sebesar Rp  10.000.

Peziarah akan diarahkan masuk ke rute makam. Di sini akan dijumpai banyak orang yang meminta sedekah. Namanya sedakah, boleh memberi, boleh juga tidak.

Kemudian ketika sampai ke pintu makam, peziarah akan ditanya oleh pengurus makam. Pertanyaan seputar asal peziarah.

Pengurus akan menjelaskan kisah Syekh Asnawi dan sejumlah agenda ziarah termasuk haul.

Di pintu utama, peziarah dipersilahkan untuk memberikan sedakah ke kotak yang sudah disediakan. Nominalnya tidak ditentukan, tidak memberi juga tak masalah.

Barulah peziarah masuk ke ruang utama yakni makam Syekh Asnawi yang dibalut dengan kain putih.

Di tempat inilah para peziarah berdoa.

Lazimnya para peziarah menaruh minuman di depan makam. Setelah selesai berdoa, minuman dibawa kembali. Konon diyakini, air yang didoakan di depan makam Syekh Asnawi Al Bantani memiliki banyak faedah termasuk untuk penyembuhan.

Tidak lupa juga setelah ziarah selesai, biasanya ada gelar sajadah. Nah bagi peziarah yang hendak bersedekah di persilakan.

Setelah semuanya selesai, peziarah langsung keluar lalu menikmati suasana pantai sembari menikmati kuliner yang disediakan oleh para pedagang.

Selamat berziarah.

Editor : Mahfud

Follow Berita iNews Cilegon di Google News

Bagikan Artikel Ini