PANDEGLANG, iNewsCilegon.id - Marwan (12) dan Icah (10) dua kakak beradik warga Kampung Makui Tonggoh, RT/RW. 03/07 Desa Kalang Anyar, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, menjadi buah bibir usai aktivitas memulung rongsokan demi membeli sepatu dan seragam sekolah diungkap media, pada Minggu (22/1/2023).
Marwan dan Icah duduk dikelas 6 dan 4 SDN 4 Kalang Anyar, Kecamatan Labuan. Keduanya merupakan anak dari pasangan Bambang Irwanto yang akrab disapa Iwan dan Eni (38).
Iwan, Bapak Marwan dan Icah mengatakan, bahwa awal mula kedua anaknya mulung barang rongsokan ketika Marwan ada keinginan memiliki handphone (HP).
"Karena kondisi kedua orang tuanya yang seperti ini hanya mulung botol bekas dan barang bekas, mungkin dia (Marwan) mikir untuk minta dibelikan, saya juga gak tahu itu, tau-tau dia beli HP sendiri, ketika ditanya HP dari mana, anak saya bilang dari uang tabungan hasil mulung, sekarang HP nya udah rusak mungkin dimainin sama adik-adiknya," demikian dikatakan Iwan kepada tim iNewsCilegon ketika menyambangi kediamannya, pada Minggu (22/1/2023).
Ia menuturkan, ketika pertama turun jadi pemulung, Marwan diajak oleh salah satu temannya selama beberapa waktu. Kemudian tak berselang lama, adiknya (Icah) pun mengikuti sang kakak.
"Saya sebagai orang tuanya gak pernah nyuruh, masa sih saya setega itu sama anak untuk jadi pemulung? Itu murni keinginan anak-anak saya sendiri, udah saya larang juga mereka tetep seperti itu," ucap Iwan.
Eni, ibu Marwan dan Icah menambahkan, selama ini keluarganya sudah mendapat sejumlah bantuan dari Pemerintah, diantaranya Program keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan beras.
"Alhamdulillah untuk bantuan kami sudah masuk di PKH, waktu cair juga Marwan dan Icah dibeliin sepatu sama seragam tapi karena kekecilan atau gimana sepatunya rusak, mau ngebeliin lagi belum ada uangnya, sempat juga dapat bantuan beras 1 karung tapi itu dulu sekarang sudah lama gak dapat-dapat bantuan beras lagi," kata Eni.
Eni mengaku, bahwa kedua anaknya tersebut hampir setiap hari mulung barang bekas (rongsokan) usai pulang sekolah dengan hanya berkeliling diseputaran Labuan.
"Kalau libur mereka biasanya pergi pagi, nanti siangnya pulang tapi kalau sekolahnya masuk mereka biasanya mulung siang sampe sore gak pernah jauh sih paling di pom bensin jaha, dialfamart karabohong kadang ke terminal," jelasnya.
Lanjut Eni, kedua anaknya setiap kali mulung hasilnya tak pernah banyak hanya 1 kg hingga 2 kg tiap harinya.
"Seharinya itu gak pernah banyak paling sekilo sampe 2 kiloan doang, itu biasanya dikumpulin di bapaknya, soalnya kalau langsung dijual dapetnya cuman sedikit, sekilonya kan Rp2000-Rp2500, dan hasilnya mereka tabungin sendiri," Katanya.
Meski demikian, Heny bersyukur karena kedua anaknya tersebut tak memiliki rasa malu atau gengsi jadi pemulung.
"Gak marwan sama icah aja, Alhamdulillah anak-anak saya semuanya gak gengsian, kakaknya pun yang sekarang duduk disekolah SMA sama, mereka mau belajar mandiri cari uang sendiri meski dengan cara mulung rongsokan," tambahnya.
Editor : M Mahfud