"Tren digitalisasi adalah keniscayaan. Bank BUMN sudah tepat berinvestasi menjadi digital banking. Hal itu sesuai tren di dunia saat ini dan tuntutan di era new normal," imbuh Telisa.
Seperti diketahui, pada 2021, bank-bank Himbara, berhasil mencetak laba bersih (konsolidasian) sebesar Rp 72,37 triliun. Jika dibandingkan secara tahunan atau year on year (YoY), pencapaian laba bersih bank-bank Himbara tersebut mengalami kenaikan sebesar 78% dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp 40,66 triliun.
Laba bersih Himbara pada 2020 itu, anjlok lebih dari 47% dari tahun sebelumnya Rp 77,45 triliun, setelah pandemic Covid-19 merebak di negeri ini.
Menteri BUMN Erick Thohir mengklaim, birunya rapor kinerja bank pelat merah pada 2021, merupakan buah dari hasil transformasi yang dilakukan kementeriannya terhadap segmen bisnis bank pelat merah.
Menurutnya, meski dihadang pandemi Covid-19, kinerja bank Himbara masih bisa ditingkatkan. "Meski menghadapi disrupsi akibat pandemi, kinerja keuangan, operasional, dan sosial yang dilakukan dapat meningkat dengan pesat," kata Erick dalam keterangannya, Senin (21/2).
Pendapat senada diungkapkan Teuku Riefky, Ekonom LPEM UI. Dia bilang, kinerja bank BUMN pada 2021, terbantu oleh adanya layanan digital banking. Hal ini terutama ketika masyarakat lebih memilih melakukan transaksi perbankan tanpa tatap muka di tengah melonjaknya kasus Covid-19 pada tahun pertama dan tahun kedua pandemi.
Riefky menilai, digitalisasi perbankan memang perlu dilakukan bank Himbara untuk menjaga daya saing bisnis. Alasannya, digitalisasi perbankan memberikan kemudahan jauh lebih besar kepada nasabah.
Editor : Mumpuni Malika