Kanal digital (internet) mudah diakses nasabah karena menjangkau seluruh pelosok daerah di Nusantara. Lewat kanal digital, nasabah tak perlu lagi datang ke bank untuk melakukan transaksi perbankan.
Selain itu, biaya operasional digital banking juga jauh lebih efisien dibandingkan pola konvensional. Efisiensi ini membuat beban bank menjadi berkurang.
"Jadi, jika bank BUMN tidak melakukan transformasi bisnis secara digital, maka ke depannya mereka sangat mungkin kalah saing dengan bank swasta yang sudah banyak menerapkan sistem digitalisasi," papar Riefky.
Jadi, wajar saja, jika bank-bank BUMN terus mengembangkan layanan digital banking. Sebut saja, Bank Mandiri yang memiliki layanan digital banking bertajuk Livin by Mandiri. Super App besutan Bank Mandiri ini telah melayani nasabah sejak Maret 2021 dan versi terbarunya telah diperbarui pada Oktober 2021.
Sepanjang tahun lalu, total transaksi finansial Livin by Mandiri telah menembus angka Rp 1.680 triliun dengan jumlah pengguna 9,8 juta dan volume transaksi mencapai lebih dari 1 miliar atau naik 54% (YoY).
Bhima Yudhistira Adhinegara, Ekonom dari Celios mengatakan, transformasi digital memang menjadi salah satu faktor pendorong kinerja perbankan. Hal ini, terutama dalam meningkatkan profit.
"Pada tahap awal, digitalisasi perbankan memang butuh modal investasi besar. Tapi, ke depan, ketika model bisnisnya sudah teruji dan mendapatkan respons positif dari nasabah, maka digitalisasi ini juga akan meningkatkan profitabilitas bagi Bank dalam jangka panjang,' tandas Bhima.
Editor : Mumpuni Malika