Pemberlakuan penyekatan dan larangan perjalanan beberapa kali selama masa pandemi, membuat Cilegon mendapat tantangan berat.
Maka tentu saja, menjaga Cilegon pada masa pandemi Covid-19 membutuhkan sosok dengan kepemimpinan kuat.
Selain itu, Cilegon memiliki nilai strategis dengan keberadaan banyak obyek vital nasional dan perusahaan besar. Belum lagi potensi kerawanan dengan adanya sejumlah pelabuhan besar.
500 Pemotor Ajak Adu Banteng
Beberapa peristiwa unik terjadi pada saat penanganan pandemi Covid-19 di Cilegon terkait penyekatan di Merak. Saat itu sekitar 500 pengendara bermotor nekad akan menerobos pos penyekatan. Situasi kala itu memang mencekam karena banyak pihak yang memaksa ingin menyebarang lewat Pelabuhan Merak baik untuk ke Sumatera atau ke Pulau Jawa.
Sebanyak 500 pengendara motor ini nekad untuk adu banteng dengan polisi yang menjaga pos penyekatan. Pengendara motor berani karena jumlahnya jauh lebih banyak.
Para pemotor ini berbaris seperti pasukan berkuda yang siap menjebol pos keamanan. Gas motor pun meraung-raung.
Dalam penanganan ini, Sigit Haryono tidak menggunakan kekerasan melainkan menggunakan strategi khusus. Tujuannya agar tidak ada korban.
Sejumlah polisi menghadang dengan kendaraan bermotor pula. Karena jumlah polisi hanya 30 personel, jika situasi dibiarkan, pos penyekatan akan jebol.
Sigit Haryono pun putar otak. Ia melihat tak semua pemotor adalah kalangan pemuda. Banyak pula yang membonceng istri dan anak.
Situasi itu dimanfaatkan Sigit Haryono. Ia pun menyuruh sejumlah polisi untuk jalan kaki mendekati pasukan bermotor tersebut. Polisi ini meminta para pemotor di baris tengah dan belakang untuk balik arah daripada nanti berurusan dengan hukum
Strategi berhasil, akhirnya hanya tersisa motor di barisan terdepan. Mereka akhirnya mengurungkan niatnya untuk menjebol pos penyekatan Cilegon.
“Kita harus pakai strategi,” cetus Sigit Haryono mengenai caranya menjinakkan 500 pemotor yang hendak menjebol pos pengamanan di Merak pada masa pandemi Covid-19.
Editor : Usep Solehudin