Rombongan Haji Wasid sempat terhambat di hutan-hutan Malangnengah, Kubang Kidul dan Putri. Selama 4 hari mereka hanya dapat maju beberapa mil ke arah selatan. Mungkin merupakan bagian dari taktik pelarian, perjalanan mereka memutar ke Cinangka, dan pada tanggal 25 Juli 1888, malam, mereka baru sampai di Putri, dan menghadapi pos depan tentara. Namun dengan suatu gerak siasat yang brilian, mereka dapat berhasil melewati gardu di Putri, dan perbatasan antara Anyer dan Caringin dengan selamat.
Kemudian mereka bersembunyi di hutan Cinoyong, pada tanggal 26 Juli 1888, dan bermalam disana. Ketika itu sedang bulan purnama (berdasarkan arsip sebuah laporan) mereka melintasi jalan antara Brengas dan Cinoyong, dekat Batiku. Dan pada tanggal 26 Juli 1888 malam, mereka akhirnya berhasil menerobos blokade yang sangat ketat diantara jalan Brengas dan Cinoyong, dan penerobosan itu baru diketahui oleh tentara Belanda pada tanggal 28 Juli 1888.
Pada tanggal 29 Juli 1888, pasukan Belanda mendapat laporan bahwa pasukan Ki Wasyid dan Haji Tubagus Ismail telah menyebrangi sungai Cibungur pada malam hari, setelah memaksa tukang perahu untuk mengangkut mereka yang berjumlah 19 orang ke seberang sungai.
Mereka bersenjata 2 pucuk senapan, beberapa pucuk tombak dan selebihnya golok. Kemudian dengan menyusuri pantai, pasukan ekspedisi mengejar rombongan yang terus berjalan menuju Ciseukeut di dekat Ciseureuheun.
Pada tanggal 29 Juli 1888, pejabat pemerintah dan militer megadakan rapat di Labuan.
Rapat tersebut dihadiri oleh: Asisten Residen Caringin Van der Meulen, Patih Pandeglang Raden Surawinangun, Controlir Caringin Maas, Jaksa Caringin Tubagus Anglingkusuma, Kapten Veenhuyzen, Letnan Visser dan Sersan Wedel.
Dalam rapat itu diputuskan bahwa Kapten Veenhuyzen ditugaskan untuk memimpin pasukan Belanda ke Citeureup, untuk mencegat pasukan Ki Wasyid dan kawan-kawan.
Dan dalam sebuah laporan, juga menyatakan bahwa Wedana Panimbang, Asisten Wedana, Katumbiri dan beberapa opas sudah berangkat untuk mengejar pasukan Ki Wasyid, yang pada saat itu sudah sampai di Ciseureuheun.
Dan sebuah detasemen dibawah pimpinan Letnan Visser segera diperintahkan untuk menuju Sumur melalui daratan. Sementara detasemen yang dipimpin oleh Kapten Veenhuyzen bergerak melalui laut, untuk mengepung pasukan Ki Wasyid di Sumur.
Namun pasukan Letnan Visser yang sudah kelelahan tidak mampu melanjutkan perjalanan lewat darat kemudian berhenti di Camara dan bermaksud melanjutkan dengan menggunakan perahu ke Sumur. Namun perjalanan pasukan Visser ini tidak sampai tujuan karena perahunya dihempas angin dan kembali ke Citeureup.
Editor : M Mahfud