Tim Golok Polda Banten Akhiri Kunjungan ke Belanda, Langkah Menuju Pengakuan Unesco
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2022/12/21/60c30_golok-banten.jpg)
DEN HAAG, iNewsCilegon.id – Tim Polda Banten terus melakukan upaya agar Unesco mengakui Golok Banten sebagai warisan dunia. Jejaring dunia pun dibangun antara lain dengan mendatangi Belanda.
Pemilihan Belanda untuk dikunjungi bukan tanpa sebab. Ini karena Belanda memiliki Federasi Pencak Silat yang aktif. Dalam pertunjukkan pencak silat di Belanda, Golok Banten sering dimainkan.
Hal tersebut diungkap Mayerfas, Dubes Indonesia untuk Belanda saat menerima kunjungan Tim Golok Polda Banten. Kunjungan berlangsung Selasa (20/12) pukul 16.45 WS di Kedubes RI di Den Haag.
Dubes RI untuk Belanda didampingi Koordinator Fungsi (Korfung) Politik Febrizki Bagja Mukti.
Tim Golok Polda Banten yang berkunjung antara lain Kabidhumas Polda Banten Kombes Pol Shinto Silitonga dan Dirtahti Polda Banten AKBP Dr Agus Rasyid.
Dubes menjelaskan bahwa golok cukup dikenal di Belanda. Ini karena Federasi Pencak Silat Belanda sering mengadakan pertunjukkan pencak silat.
”Kedubes sering hadir, beberapa event menggunakan alat termasuk golok,” kata Mayerfas seperti dalam rilis yang dikirim Humas Polda Banten
Mayerfas sendiri mengaku mengetahui Golok Banten dari pertunjukkan silat tersebut. Ia juga memperdalam pemahamannya tentang Golong Banten dari referensi yang ia baca di internet.
Titipan Golok Banten dari Kapolda Banten
Dalam diskusi yang berlangsung selama 1 jam tersebut Dirtahti Polda Banten AKBP Dr Agus Rasyid menyerahkan sebilah golok Banten dan buku tentang Golok Banten. Golok dan buku tersebut merupakan titipan Kapolda Banten Irjen Pol Prof Dr Rudy Heriyanto kepada Dubes Mayerfas.
“Menyampaikan pesan Kapolda Banten, berkenan Yang Mulia dapat menerima titipan pusaka Golok Banten untuk menjadi tambahan benda seni di KBRI Den Haag,” kata Agus.
“Histori lengkap tentang Golok Banten telah dirangkum dengan cermat oleh Kapolda Banten bersama tim di dalam buku ini, bisa jadi referensi untuk bahan sosialisasi kepada masyarakat di Belanda,” tambah Agus.
Editor : M Mahfud